Profil Joko Irawan Mumpuni
Menurut
beliau kita seharusnya punya motivasi yang kuat untuk menjadi penulis sampai
jadi. Jangan hanya di bawah, tetapi betul-betul di level paling atas.
Proses
di penerbitan itu dimulai dari gambar besar yaitu proses dengan alur empat
pelaku penerbitan itu sendiri di dalamnya ada yaitu penerbit, penyalur, pembaca
dan penulis.
Kalau
kita perhatikan gambar adalah naskah sudah jadi dan dikirim kepada penerbit dan
proses pertama yang akan dilakukan oleh penerbit adalah menilai naskah tersebut
untuk diputuskan apakah naskah tersebut bisa diterbitkan atau tidak.
kalau
kita perhatikan gambar asumsikan saja naskah tidak dikembalikan tetapi diterima
oleh penerbit apa yang akan dilakukan oleh penerbit yaitu memberi tahu bahwa
naskah tersebut akan kami terbitkan. Oleh karena itu, pastikan penerbit
memberikan surat pemberitahuan bahwa naskah tersebut akan diterbitkan sekaligus
yang pertama mau meminta softcopi, penulis diminta untuk menandatangani surat
perjanjian. Pada tahap ini kemudian penerbit itu masih menunggu sampai naskah
dalam bentuk softcopy datang dan diterima oleh penerbit.
Gambar
itu kalau diperhatikan kita asumsikan sebagai
penulis sudah menyerahkan softcopy naskah lengkap. Maka selanjutnya, penerbit
langsung bisa memprosesnya yang pertama adalah mengedit naskah tersebut. Jadi
naskah itu tetap diedit meskipun ditulis oleh para penulis sudah diedit dengan
teliti, tetapi penerbit akan tetap edit yaitu dari sisi bahasanya yang telah
diedit. Setelah diedit maka jalan berikutnya adalah disetting, ukuran buku itu
ukuran berapa kali berapa, ada hiasannya tidak kemudian tebalnya berapa,
sekaligus secara paralel ada tim yang lain di penerbit itu membuat cover buku.
Tentunya kabar buku itu dibuat sesuai dengan target marketnya.
Selanjutnya
setelah naskah selesai, penerbit setting. Penerbit buat kabarnya, maka akan
kita cetak satu seperti buku yang seakan-akan akan terbit dan persis akan
terbit yang kita sebut dengan naskah pro atau dami. Naskah atau dami tersebut penerbit
kirimkan kepada penulis untuk dikoreksi akhir supaya tidak ada kesalahan fatal.
Boleh-boleh saja dirubah tetapi akan memakan waktu yang lebih lama buku itu akan
terpilih, padahal kadang-kadang buku itu sudah dinanti oleh calon pembaca untuk
membelinya. Oleh karena itu, kalau
mengirimkan naskah sebaiknya memang ya naskah yang sudah jadi. Sudah
dipertimbangkan masak-masak, jangan sampai telah ke penerbit dan telah penerbit
setting, terjadi kemudian dari kami kirim ternyata dirombak total dan itu akan
menyulitkan bagi Penerbit
Jika
penulis itu berhasil maka mendapatkan kepuasan yang sangat amat dalam, karena
buku itu bermanfaat bagi orang lain. Kemudian indikator yang kedua adalah mulai
terkenal reputasinya, artinya dikenal oleh siswa, oleh guru dimana-mana seluruh
Indonesia di tingkat penyebaran buku tersebut tentunya. Jadi mulai banyak
dikunjungi oleh banyak orang, bertanya, kemudian di sosial medianya mulai
dikenal orang banyak, banyak orang subscribe. Itu namanya reputasinya mau
semakin meningkat, tetapi jika itu tidak ada indikasi apa-apa ya berarti buku
itu nggak laku, nggak ada yang baca. Kemudian indikasi yang berikutnya itu
adalah pastinya karirnya meningkat, karena kan biasanya ada surat keterangan
dari penulis daripada bahwa penulis tersebut sudah menulis buku dengan ISBN. Begitu
untuk mengurus kepangkatan, indikator yang paling nyata itu adalah royalti yang
semakin besar, penulis tersebut semakin
berhasil. Jadi jangan puas hanya menulis buku sampai terbit aja, ada di toko
buku di pajang jangan sampai di situ aja,
kalau hanya sampai di pajang ke toko buku, yang rugi besar adalah penerbitnya
itu.Penerbit selalu berharap para penulis dapat royalti sebesar-besarnya
artinya penerbit juga akan untung sebesar-besarnya.
Ukuran
itu akan sukses atau tidak, sebenarnya
di awal dalam proses penilaian oleh penerbit itu sudah kelihatan sekali. Perhatikan
itu ternyata penerbit itu menilai naskah itu akan sukses yakin akan diterbitkan
itu bukan dari editorial, editorial nya itu hanya 10% yang paling besar itu
adalah peluang potensi pasar. kemudian keilmuannya kalau itu buku ajar tentunya
sesuai dengan Kurikulum sesuai dengan silabus yang berlaku, sedangkan reputasi
penulis tahap awal pun hanya mempengaruhi 10% dari penjualan itu. Jadi
kesimpulan bahwa buku yang sukses itu adalah buku yang laku, buku yang pasarnya besar.
Bagaimana ciri-ciri buku yang peluangnya
pasar banyak ?
Yang
jelas yaitu tema populer. Dari mana mengecek Apakah itu tema itu sedang
dibutuhkan oleh masyarakat atau tidak. Perhatikan gambar itu adalah saya menampilkan
tampilan dari Google Trends, kemudian saya ketik suatu tema tertentu di sana
akan kelihatan grafiknya, cenderung naik,
turun atau standar atau tetap tetapi di level yang atas, berarti pasarannya
stabil atau malah semakin turun, kalau semakin turun biasanya penerbit berpikir
dua kali untuk menerbitkan buku-buku yang temanya tidak ada sama sekali. Jadi
sebelum menulis buku sebaiknya lihat di Google trends sedang punya peluang
nggak sampai kapan peluangnya jangan-jangan peluang itu hanya sampai 1 bulan
karena itu hanya bicara soal tentang bencana gempa bumi kalau korona hanya
sampai akhir tahun belum tentu itu berakhir berarti punya peluang sampai akhir
tahun. Yang paling enak itu adalah buku pelajaran selama kurikulumnya itu tidak
dikasih, maka itu tetap laku dan rutin laku tiap tahun di awal semester.
Kwadran Kategori Naskah
Ada
reputasi penulis dan temanya trends atau tidak, lalu reputasi penulis dari mana
penerbit lihat. Kalau itu dosen, itu biasanya lihat dari Google Schooler atau
Google Cendekia, di sana akan kelihatan sekali sudah punya karya berapa baik
buku maupun jurnal. Kemudian ternyata orangnya tersebut sudah dibaca banyak
orang enggak, dilihat dari mana dilihat dari situasi sudah banyak diikuti
banyak orang nggak di dunia maupun di Indonesia. Rata-rata pasarnya bisa
dipertanggungjawabkan, apabila si penulis sebut sudah punya minimal disitasi 2000
kali oleh pembacanya.
Bagaimana
Kalau guru tidak punya Google Cendekia, penerbit biasanya browsing dari data-data
yang lain, track recordnya bagaimana, mengajar mata pelajaran, apa saja
pendidikannya bagaimana komunitasnya, bagaimana kalau dia punya media sosial,
ternyata blognya bagus pengikutnya banyak.
Itu merupakan peluang pasar, kalau dia di Facebook ternyata jadi admin
grup yang anggotanya ratusan ribu orang, itu peluang bagus. Tidak selalu
penerbit berdasarkan Google Cendekia atau Google Schooler, kalau itu dosen, memang sangat mudah dilacak dari situ,
tapi kalau non dosen, biasanya penerbit mencari data-data lain di luar daripada
Google Scholar.
Proses
penerbitan tidak bisa terlepas dari proses jumlah jumlah cetak. Dalam
penerbitan atau jumlah cetak buku itu sering disebut dengan istilah oplah.
Oplahnya berapa jumlahnya semakin besar semakin bagus. Lalu bagaimana untuk
menentukan itu ratusan ribu saja atau bahkan lebih ratusan ribu. Itu tergantung
dari pada buku tersebut masuk di kuadran mana, kalau diperhatikan adalah
1.
Buku itu marketnya sempit tetapi lifecycle
panjang
itu buku itu tidak akan rugi. Tetapi semua bukunya tertunda, karena buku itu
akan laku sepanjang masa. Meskipun tidak di update, tidak direvisi ketika penerbitnya
sudah meninggal. karena buku-buku itu yang masuk tipe buku lifecycle panjang,
itu adalah buku-buku ilmu murni, matematika dasar, fisika dasar, kimia dasar, anatomi. Itu
ilmu-ilmu yang tidak pernah berubah. Buku itu , sebenarnya bisa dicetak menengah, karena terlalu banyak,
nanti over stok digudang, tetapi tidak mungkin terjadinya kerugian, karena buku
itu akan laku Cuma jangka panjang.
2.
Buku yang marketnya lebar, lifecyclenya
panjang,
itu yang paling disukai oleh penerbit. Karena buku itu setiap saat akan laku
dan jumlahnya besar.Buku itu adalah ensiklopedi komputer, tokoh dunia,
ensiklopedia pramuka, kamus komputer dan sebagainya. Itu tipe buku laku selama-lamanya
dan besar sekali pasarnya.
3.
Buku marketnya lebar sekali lifecyclenya
pendek
itu adalah buku-buku yang tergantung dari pada perkembangan teknologi, seperti
buku informatika, buku komputer. Jika hari
ini diterbitkan ternyata bulan depan ada dirilis baru dan itu ketinggalan
zaman, maka harus direvisi kalau tidak direvisi buku itu akan tidak laku, direvisi
dari buku yang lama yaitu softcopi, tetapi buku yang terlanjur dicetak tidak
bisa direvisi. itulah yang menimbulkan
kerugian bagi penerbit. Buku seperti itu di musnahkan oleh penerbit supaya
tidak menimbulkan biaya gudang.
4.
Buku marketnya sempit dan lifecyclenya sangat
pendek. Jangan
penulis menulis buku-buku yang tema marketnya sempit dan lifecyclenya sangat
pendek yaitu berita-berita harian itu tidak usah ditulis karena itu jelas tidak
pernah akan diterima oleh penerbit.
Konsisten Gaya Selingkung
Menurut
beliau harus konsistensi gaya selingkung, yakni gaya pengutipan dan penulisan
daftar pustaka harus diterapkan secara konsisten untuk setiap terbitan. Jadi Penerbit
tidak pernah menolak anti dengan salah satu gaya selingkuh yang berlaku di
dunia ini.
Penerbit
dapat menetapkan lebih dari satu cara pengutipan dan penulisan daftar pustaka
sesuai dengan lingkup bidang penerbitannya misalnya :
American Language Asssociation (ALA)
Michigan Language Association ( MLA )
Chicago Manual Style ( CMS)
American Psychology Association (APA)
Vancouver Style
Harvard Style
Penulis kelompok mana ?
Kelompok
penulis yang idealis atau kelompok penulis industrialis. Penulis yang idealis
itu tidak butuh duit, tidak pernah
menanyakan royalti, tidak pernah menanyakan kapan transferan dari penerbit, itu
namanya idealis. Tetapi orang-orang idealis begini, biasanya judul nya kurang
bagus tema nya padahal kontennya secara keseluruhan bagus, hanya tinggal judul
resensi yang kurang bagus, kemudian di usul kepada penulis nanti diganti,
biasanya marah tidak boleh diganti dan itu golongan penulis-penulis yang
biasanya adalah dulu juga waktu masih industrialis adalah semata-mata uang,
semata-mata finansial, tidak salah memang orang pekerja itu pasti mengharapkan
imbalan. Biasanya dalam proses karir, proses usia, penulis-penulis awalnya
adalah industrialis tiiba-tiba menjadi idealis.
Banyak
penulis dari pengalaman beliau yang begitu enak diajak bicara, begitu bisa
diajak diskusi soal judul buku, waktu itu memang masih belum Doktor. Diskusi
pasarnya supaya tepat judulnya, tetapi setelah guru besar biasanya adalah sudah
tidak mau, tidak boleh diganti judulnya, pokoknya itu jangan diganti itu yang bagus.
Oleh karena itu, tetap bisa bekerja sama dengan penerbit soal judul dan soal
lain-lainnya. Tetapi semakin tinggi inteligensinya di atas, kayaknya malu kalau
nulis yang level-level bawah. Itu akan diterbitkan secara komersial, kecuali
kalau diri sendiri, itu terserah apa adanya seperti keinginan penulis, penerbit
akan ikut-ikut aja asal dibayar oleh penulis.
Menurut
beliau penerbitannya di tiap bulan itu naskah masuk 400-500, paling sedikit itu adalah 300
sedangkan yang diterima hanya 57 sampai 60 judul berarti hanya sekitar 10% yang
di terbitkan, sisanya ditolak. Itu diduga tidak mempunyai pasar.
Model Kerja Sama Penerbit Andi- Penulis
1. Kerjasama Reguler : Apa artinya reguler yaitu naskah belum tentu
diterbitkan tergantung penilaian dari penerbit.
2.
Kerjasama MoU
Antar Lembaga : Naskah ada jaminan pasti diterbitkan, logo kampus dicantumkan
dalam cover, meningkatkan rangking Webometric kampus karena buku tersebut akan
diupload di googlebook, wajib dipakai/dibeli kampus minimal 300 eks/pesanan. Kalau harus terbit, bisa kerjasama antar lembaga kerjasama dengan penulis
buku.Misalnya buku Informatika PGRI itu prosesnya panjang, jika ada kekurangan
penerbit bekerja keras memperbaiki nya, mendiskusikan pokoknya sampai sempurna.
Sampai penerbit yakin bahwa pasar akan terima, itu namanya kerja sama
antarlembaga, berarti harus ada yang menaunginya untuk meningkatkan reputasi
lembaga tersebut dan seterusnya.
3.
Kerjasam MoU
Perorangan
4.
Kerjasam ANDI
Pro Literasi : Ada program namanya Andi proliterasi
yaitu penerbit dipaksa untuk tetap menerbitkan buku untuk kepentingan
kepangkatan si penulis dengan menyediakan uang 10 juta, buku tidak diedarkan, kemungkinan
sebagai pertimbangan ebooknya akan dijual, tapi tidak sebesar royalti yang sebesar
cetak yang laris manis.
Ungkapan
yang sangat disukai beliau sendiri dan bagus untuk seorang penulis adalah :
“Imam Al Ghazali mengatakan bila kau bukan
anak raja juga bukan anak ulama besar maka menulislah supaya hidup ini lebih
mulia untuk sesama”.
Kelengkapan naskah dalam softcopy :
·
Daftar isi
·
Gambar dalam
format JPG dengan resolusi 300dpi
·
Kata pengantar
·
Naskah lengkap
·
Daftar pustaka
·
Sinopsis
Penulis
harus menulis dengan teratur dengan target waktu yang bisa ditentukan dengan
cepat maka harus tertib melakukan langkah demi langkah untuk memulai menulis
buku.
Langkahnya
:
1.
Harus
membuat sinopsis yang berisi : konten buku secara singkat, prasyarat untuk
membaca buku, tujuan buku ditulis, konsumen siapa saja yang dituju dalam
1paragraf saja cukup.
2. Tentukan tujuan penulisan buku: buatlah kerangka- kerangka/outlinenya dengan
tujuan pembatasan materi, menjaga alur materi, menghindari penambahan materi
yang tidak perlu.
3. Buatlah tujuan manfaat buku, jika dibaca oleh
pembaca, sasaran pembaca , prosfek pasar.
4. Apa keunggulan buku menurut sudut pandang
penulis, apabila pernah mengetahui buku pesaing, dapat ditulis judulnyauntuk
informasi buku pesaing yang pernah terbit.
5.
Tulis
tentang penulis : CV singkat penulis, kompetensi penulis, latar belakang
pendidikan, prestasi penulis, kalau dosen mengajar dimana dan lainnya. Cukup 1
paragraf saja.
Siapa
itu penulis?
Sebagian
penulis pemula takut kalau dituduh sebagai seorang plagiator. Oleh karena itu, tidak
ada satu buku pun di dunia yang ditulis dan diterbitkan tanpa sumber atau
referensi buku yang lain, tidak ada satu pun di dunia tanpa buku yang lain. Jika
kita menuliskan 1 judul buku hanya dengan satu referensi buku yang lain disebut
plagiat. Minimal berapa? sampai saat ini belum ada aturannya artinya semakin
banyak, semakin bagus, tentunya dalam mengambil kutipan dari buku yang lain
yang disebut dengan gaya selingkung.
Sebagai
penutup itu ada ungkapan dari penulis terkenal di dunia Namanya James A. Michener
·
I’m not a very good writer, but I’m an excellent
rewriter.
·
Kebanyakan penulis menghasilkan tulisan dari
hasil menuliskan kembali ide dan gagasan orang lain dengan perspektif yang
berbeda.
KESIMPULAN
:
·
Imam Al Ghazali mengatakan bila kau bukan
anak raja juga bukan anak ulama besar maka menulislah supaya hidup ini lebih
mulia untuk sesama
·
Kebanyakan penulis menghasilkan tulisan dari
hasil menuliskan kembali ide dan gagasan orang lain dengan perspektif yang
berbeda.
Kereenn .
BalasHapusKeren bgt bu.. Sipp deh
BalasHapusKeren bgt bu.. Sipp deh
BalasHapusMantap resumenya
BalasHapus