Sabtu, 09 Mei 2020

PROSES MENERBITKAN BUKU AJAR

Profil Joko Irawan Mumpuni



Menurut beliau kita seharusnya punya motivasi yang kuat untuk menjadi penulis sampai jadi. Jangan hanya di bawah, tetapi betul-betul di level paling atas.
Proses di penerbitan itu dimulai dari gambar besar yaitu proses dengan alur empat pelaku penerbitan itu sendiri di dalamnya ada yaitu penerbit, penyalur, pembaca dan penulis.
Kalau kita perhatikan gambar adalah naskah sudah jadi dan dikirim kepada penerbit dan proses pertama yang akan dilakukan oleh penerbit adalah menilai naskah tersebut untuk diputuskan apakah naskah tersebut bisa diterbitkan atau tidak.


kalau kita perhatikan gambar asumsikan saja naskah tidak dikembalikan tetapi diterima oleh penerbit apa yang akan dilakukan oleh penerbit yaitu memberi tahu bahwa naskah tersebut akan kami terbitkan. Oleh karena itu, pastikan penerbit memberikan surat pemberitahuan bahwa naskah tersebut akan diterbitkan sekaligus yang pertama mau meminta softcopi, penulis diminta untuk menandatangani surat perjanjian. Pada tahap ini kemudian penerbit itu masih menunggu sampai naskah dalam bentuk softcopy datang dan diterima oleh penerbit.

Gambar itu kalau  diperhatikan kita asumsikan sebagai penulis sudah menyerahkan softcopy naskah lengkap. Maka selanjutnya, penerbit langsung bisa memprosesnya yang pertama adalah mengedit naskah tersebut. Jadi naskah itu tetap diedit meskipun ditulis oleh para penulis sudah diedit dengan teliti, tetapi penerbit akan tetap edit yaitu dari sisi bahasanya yang telah diedit. Setelah diedit maka jalan berikutnya adalah disetting, ukuran buku itu ukuran berapa kali berapa, ada hiasannya tidak kemudian tebalnya berapa, sekaligus secara paralel ada tim yang lain di penerbit itu membuat cover buku. Tentunya kabar buku itu dibuat sesuai dengan target marketnya.

Selanjutnya setelah naskah selesai, penerbit setting. Penerbit buat kabarnya, maka akan kita cetak satu seperti buku yang seakan-akan akan terbit dan persis akan terbit yang kita sebut dengan naskah pro atau dami. Naskah atau dami tersebut penerbit kirimkan kepada penulis untuk dikoreksi akhir supaya tidak ada kesalahan fatal. Boleh-boleh saja dirubah tetapi akan memakan waktu yang lebih lama buku itu akan terpilih, padahal kadang-kadang buku itu sudah dinanti oleh calon pembaca untuk membelinya.  Oleh karena itu, kalau mengirimkan naskah sebaiknya memang ya naskah yang sudah jadi. Sudah dipertimbangkan masak-masak, jangan sampai telah ke penerbit dan telah penerbit setting, terjadi kemudian dari kami kirim ternyata dirombak total dan itu akan menyulitkan bagi Penerbit 

Jika penulis itu berhasil maka mendapatkan kepuasan yang sangat amat dalam, karena buku itu bermanfaat bagi orang lain. Kemudian indikator yang kedua adalah mulai terkenal reputasinya, artinya dikenal oleh siswa, oleh guru dimana-mana seluruh Indonesia di tingkat penyebaran buku tersebut tentunya. Jadi mulai banyak dikunjungi oleh banyak orang, bertanya, kemudian di sosial medianya mulai dikenal orang banyak, banyak orang subscribe. Itu namanya reputasinya mau semakin meningkat, tetapi jika itu tidak ada indikasi apa-apa ya berarti buku itu nggak laku, nggak ada yang baca. Kemudian indikasi yang berikutnya itu adalah pastinya karirnya meningkat, karena kan biasanya ada surat keterangan dari penulis daripada bahwa penulis tersebut sudah menulis buku dengan ISBN. Begitu untuk mengurus kepangkatan, indikator yang paling nyata itu adalah royalti yang semakin besar,  penulis tersebut semakin berhasil. Jadi jangan puas hanya menulis buku sampai terbit aja, ada di toko buku di pajang  jangan sampai di situ aja, kalau hanya sampai di pajang ke toko buku, yang rugi besar adalah penerbitnya itu.Penerbit selalu berharap para penulis dapat royalti sebesar-besarnya artinya penerbit juga akan untung sebesar-besarnya.

Ukuran  itu akan sukses atau tidak, sebenarnya di awal dalam proses penilaian oleh penerbit itu sudah kelihatan sekali. Perhatikan itu ternyata penerbit itu menilai naskah itu akan sukses yakin akan diterbitkan itu bukan dari editorial, editorial nya itu hanya 10% yang paling besar itu adalah peluang potensi pasar. kemudian keilmuannya kalau itu buku ajar tentunya sesuai dengan Kurikulum sesuai dengan silabus yang berlaku, sedangkan reputasi penulis tahap awal pun hanya mempengaruhi 10% dari penjualan itu. Jadi kesimpulan bahwa buku yang sukses itu adalah buku yang laku,  buku yang pasarnya besar.

Bagaimana ciri-ciri buku yang peluangnya pasar banyak ?
Yang jelas yaitu tema populer. Dari mana mengecek Apakah itu tema itu sedang dibutuhkan oleh masyarakat atau tidak. Perhatikan gambar itu adalah saya menampilkan tampilan dari Google Trends, kemudian saya ketik suatu tema tertentu di sana akan kelihatan grafiknya,  cenderung naik, turun atau standar atau tetap tetapi di level yang atas, berarti pasarannya stabil atau malah semakin turun, kalau semakin turun biasanya penerbit berpikir dua kali untuk menerbitkan buku-buku yang temanya tidak ada sama sekali. Jadi sebelum menulis buku sebaiknya lihat di Google trends sedang punya peluang nggak sampai kapan peluangnya jangan-jangan peluang itu hanya sampai 1 bulan karena itu hanya bicara soal tentang bencana gempa bumi kalau korona hanya sampai akhir tahun belum tentu itu berakhir berarti punya peluang sampai akhir tahun. Yang paling enak itu adalah buku pelajaran selama kurikulumnya itu tidak dikasih, maka itu tetap laku dan rutin laku tiap tahun di awal semester.

Kwadran Kategori Naskah
Ada reputasi penulis dan temanya trends atau tidak, lalu reputasi penulis dari mana penerbit lihat. Kalau itu dosen, itu biasanya lihat dari Google Schooler atau Google Cendekia, di sana akan kelihatan sekali sudah punya karya berapa baik buku maupun jurnal. Kemudian ternyata orangnya tersebut sudah dibaca banyak orang enggak, dilihat dari mana dilihat dari situasi sudah banyak diikuti banyak orang nggak di dunia maupun di Indonesia. Rata-rata pasarnya bisa dipertanggungjawabkan, apabila si penulis sebut sudah punya minimal disitasi 2000 kali oleh pembacanya.
Bagaimana Kalau guru tidak punya Google Cendekia, penerbit biasanya browsing dari data-data yang lain, track recordnya bagaimana, mengajar mata pelajaran, apa saja pendidikannya bagaimana komunitasnya, bagaimana kalau dia punya media sosial, ternyata blognya bagus pengikutnya banyak.  Itu merupakan peluang pasar, kalau dia di Facebook ternyata jadi admin grup yang anggotanya ratusan ribu orang, itu peluang bagus. Tidak selalu penerbit berdasarkan Google Cendekia atau Google Schooler, kalau itu  dosen, memang sangat mudah dilacak dari situ, tapi kalau non dosen, biasanya penerbit mencari data-data lain di luar daripada Google Scholar.

Proses penerbitan tidak bisa terlepas dari proses jumlah jumlah cetak. Dalam penerbitan atau jumlah cetak buku itu sering disebut dengan istilah oplah. Oplahnya berapa jumlahnya semakin besar semakin bagus. Lalu bagaimana untuk menentukan itu ratusan ribu saja atau bahkan lebih ratusan ribu. Itu tergantung dari pada buku tersebut masuk di kuadran mana, kalau diperhatikan adalah
1.    Buku itu marketnya sempit tetapi lifecycle panjang itu buku itu tidak akan rugi. Tetapi semua bukunya tertunda, karena buku itu akan laku sepanjang masa. Meskipun tidak di update, tidak direvisi ketika penerbitnya sudah meninggal. karena buku-buku itu yang masuk tipe buku lifecycle panjang, itu adalah buku-buku ilmu murni, matematika dasar,  fisika dasar, kimia dasar, anatomi. Itu ilmu-ilmu yang tidak pernah berubah. Buku itu , sebenarnya  bisa dicetak menengah, karena terlalu banyak, nanti over stok digudang, tetapi tidak mungkin terjadinya kerugian, karena buku itu akan laku Cuma jangka panjang.

2.    Buku yang marketnya lebar, lifecyclenya panjang, itu yang paling disukai oleh penerbit. Karena buku itu setiap saat akan laku dan jumlahnya besar.Buku itu adalah ensiklopedi komputer, tokoh dunia, ensiklopedia pramuka, kamus komputer dan sebagainya. Itu tipe buku laku selama-lamanya dan besar sekali pasarnya.

3.    Buku marketnya lebar sekali lifecyclenya pendek itu adalah buku-buku yang tergantung dari pada perkembangan teknologi, seperti buku informatika, buku  komputer. Jika hari ini diterbitkan ternyata bulan depan ada dirilis baru dan itu ketinggalan zaman, maka harus direvisi kalau tidak direvisi buku itu akan tidak laku, direvisi dari buku yang lama yaitu softcopi, tetapi buku yang terlanjur dicetak tidak bisa direvisi.  itulah yang menimbulkan kerugian bagi penerbit. Buku seperti itu di musnahkan oleh penerbit supaya tidak menimbulkan biaya gudang.

4.    Buku marketnya sempit dan lifecyclenya sangat pendek. Jangan penulis menulis buku-buku yang tema marketnya sempit dan lifecyclenya sangat pendek yaitu berita-berita harian itu tidak usah ditulis karena itu jelas tidak pernah akan diterima oleh penerbit.

Konsisten Gaya Selingkung
Menurut beliau harus konsistensi gaya selingkung, yakni gaya pengutipan dan penulisan daftar pustaka harus diterapkan secara konsisten untuk setiap terbitan. Jadi Penerbit tidak pernah menolak anti dengan salah satu gaya selingkuh yang berlaku di dunia ini.
Penerbit dapat menetapkan lebih dari satu cara pengutipan dan penulisan daftar pustaka sesuai dengan lingkup bidang penerbitannya misalnya :
American Language Asssociation (ALA)
Michigan Language Association ( MLA )
Chicago Manual Style ( CMS)
American Psychology Association (APA)
Vancouver Style
Harvard Style

Penulis kelompok mana ?
Kelompok penulis yang idealis atau kelompok penulis industrialis. Penulis yang idealis itu tidak butuh duit, tidak  pernah menanyakan royalti, tidak pernah menanyakan kapan transferan dari penerbit, itu namanya idealis. Tetapi orang-orang idealis begini, biasanya judul nya kurang bagus tema nya padahal kontennya secara keseluruhan bagus, hanya tinggal judul resensi yang kurang bagus, kemudian di usul kepada penulis nanti diganti, biasanya marah tidak boleh diganti dan itu golongan penulis-penulis yang biasanya adalah dulu juga waktu masih industrialis adalah semata-mata uang, semata-mata finansial, tidak salah memang orang pekerja itu pasti mengharapkan imbalan. Biasanya dalam proses karir, proses usia, penulis-penulis awalnya adalah industrialis tiiba-tiba menjadi idealis.

Banyak penulis dari pengalaman beliau yang begitu enak diajak bicara, begitu bisa diajak diskusi soal judul buku, waktu itu memang masih belum Doktor. Diskusi pasarnya supaya tepat judulnya, tetapi setelah guru besar biasanya adalah sudah tidak mau, tidak boleh diganti judulnya, pokoknya itu jangan diganti itu yang bagus. Oleh karena itu, tetap bisa bekerja sama dengan penerbit soal judul dan soal lain-lainnya. Tetapi semakin tinggi  inteligensinya di atas, kayaknya malu kalau nulis yang level-level bawah. Itu akan diterbitkan secara komersial, kecuali kalau diri sendiri, itu terserah apa adanya seperti keinginan penulis, penerbit akan ikut-ikut aja asal dibayar oleh penulis. 

Menurut beliau penerbitannya di tiap bulan itu naskah masuk  400-500, paling sedikit itu adalah 300 sedangkan yang diterima hanya 57 sampai 60 judul berarti hanya sekitar 10% yang di terbitkan, sisanya ditolak. Itu diduga tidak mempunyai pasar.


Model Kerja Sama Penerbit Andi- Penulis
1.    Kerjasama Reguler  : Apa artinya reguler yaitu naskah belum tentu diterbitkan tergantung penilaian dari penerbit.
2.    Kerjasama MoU Antar Lembaga : Naskah ada jaminan pasti diterbitkan, logo kampus dicantumkan dalam cover, meningkatkan rangking Webometric kampus karena buku tersebut akan diupload di googlebook, wajib dipakai/dibeli kampus minimal 300 eks/pesanan. Kalau harus terbit, bisa kerjasama antar lembaga kerjasama dengan penulis buku.Misalnya buku Informatika PGRI itu prosesnya panjang, jika ada kekurangan penerbit bekerja keras memperbaiki nya, mendiskusikan pokoknya sampai sempurna. Sampai penerbit yakin bahwa pasar akan terima, itu namanya kerja sama antarlembaga, berarti harus ada yang menaunginya untuk meningkatkan reputasi lembaga tersebut dan seterusnya.
3.    Kerjasam MoU Perorangan
4.    Kerjasam ANDI Pro Literasi : Ada program namanya Andi proliterasi yaitu penerbit dipaksa untuk tetap menerbitkan buku untuk kepentingan kepangkatan si penulis dengan menyediakan uang 10 juta, buku tidak diedarkan, kemungkinan sebagai pertimbangan ebooknya akan dijual, tapi tidak sebesar royalti yang sebesar cetak yang laris manis.

Ungkapan yang sangat disukai beliau sendiri dan bagus untuk  seorang penulis adalah :
“Imam Al Ghazali mengatakan bila kau bukan anak raja juga bukan anak ulama besar maka menulislah supaya hidup ini lebih mulia untuk sesama”.

Kelengkapan naskah dalam softcopy :
·         Daftar isi
·         Gambar dalam format JPG dengan resolusi 300dpi
·         Kata pengantar
·         Naskah lengkap
·         Daftar pustaka
·         Sinopsis

Penulis harus menulis dengan teratur dengan target waktu yang bisa ditentukan dengan cepat maka harus tertib melakukan langkah demi langkah untuk memulai menulis buku.
Langkahnya :
1.    Harus membuat sinopsis yang berisi : konten buku secara singkat, prasyarat untuk membaca buku, tujuan buku ditulis, konsumen siapa saja yang dituju dalam 1paragraf saja cukup.
2.    Tentukan tujuan penulisan buku:  buatlah kerangka- kerangka/outlinenya dengan tujuan pembatasan materi, menjaga alur materi, menghindari penambahan materi yang tidak perlu.
3.    Buatlah tujuan manfaat buku, jika dibaca oleh pembaca, sasaran pembaca , prosfek pasar.
4.    Apa keunggulan buku menurut sudut pandang penulis, apabila pernah mengetahui buku pesaing, dapat ditulis judulnyauntuk informasi buku pesaing yang pernah terbit.
5.    Tulis tentang penulis : CV singkat penulis, kompetensi penulis, latar belakang pendidikan, prestasi penulis, kalau dosen mengajar dimana dan lainnya. Cukup 1 paragraf saja.


Siapa itu penulis?
Sebagian penulis pemula takut kalau dituduh sebagai seorang plagiator. Oleh karena itu, tidak ada satu buku pun di dunia yang ditulis dan diterbitkan tanpa sumber atau referensi buku yang lain, tidak ada satu pun di dunia tanpa buku yang lain. Jika kita menuliskan 1 judul buku hanya dengan satu referensi buku yang lain disebut plagiat. Minimal berapa? sampai saat ini belum ada aturannya artinya semakin banyak, semakin bagus, tentunya dalam mengambil kutipan dari buku yang lain yang disebut dengan gaya selingkung.

Sebagai penutup itu ada ungkapan dari penulis terkenal di dunia Namanya James A. Michener

·         I’m not a very good writer, but I’m an excellent rewriter.
·         Kebanyakan penulis menghasilkan tulisan dari hasil menuliskan kembali ide dan gagasan orang lain dengan perspektif yang berbeda.

KESIMPULAN :
·         Imam Al Ghazali mengatakan bila kau bukan anak raja juga bukan anak ulama besar maka menulislah supaya hidup ini lebih mulia untuk sesama
·         Kebanyakan penulis menghasilkan tulisan dari hasil menuliskan kembali ide dan gagasan orang lain dengan perspektif yang berbeda.



4 komentar: