http://www.tanggaedu.com
Kenapa terbitkan buku catatkan sejarah?
Seorang filosof Decrates mengatakan bahwa
membaca buku sama saja untuk berbicara dengan orang-orang bijak di masa lalu
dan pastinya setiap manusia ingin dikenal dalam sejarah dan ingin mencatat
sebuah sejarah, karena itu apa yang bisa kita tinggalkan adalah buku.
Tentu menerbitkan buku adalah salah satu jalan bagaimana pikiran
kita, apa yang kita ungkapkan, perasaan kita itu akan abadi hingga sepanjang masa.
Permasalahannya menerbitkan buku dengan membuat buku adalah dua hal yang
berbeda, membuat buku bisa dilakukan siapa saja dan bahkan menerbitkan buku pun
saat ini bisa dilakukan siapa saja tapi menerbitkan buku, kemudian ke
penerbit-penerbit besar adalah sebuah akibat dari sebuah karya yang baik. Jadi,
jangan jadikan itu sebagai awal tujuan atau rencana, jadikan itu sebagai
tantangan. Tetapi yang paling penting adalah bagaimana kita menulis dan
menuangkan pikiran kita, karena kita ingin diingat sepanjang masa.
Penerbitan adalah sebuah akibat sebagai
sebuah tulisan yang ingin diterbitkan saat ini, caranya banyak sekali dan
sangat mudah, yang paling penting adalah sebenarnya bagi pembaca penulis itu
adalah hadir di setiap pembaca, hadir tidak selalu dalam bentuk buku, kita tulis
tulisan kita di mana-mana misalnya media sosial, kemudian di penerbit. Itu
sangat mudah. Jadi kalau karya itu memang baik, karya itu dibutuhkan, karya itu
memang sesuai dengan apa yang menjawab
permasalahan, dalam hal ini maka mudah diterbitkan.
Yang menjadi faktor utama adalah bagaimana
kita mulai membuat karya lalu mengasahnya menjadi sebuah Intan menjadi sebuah
berlian yang nantinya akan sangat bermanfaat bagi masyarakat dan pasti sebagai
akibat akan segera diterbitkan.
Menulis dengan 4R yaitu :
1. Renjana
2. Rutin
3. Review
4. Ruang bagi pembaca
Pembahasan
1. Renjana
Rencana itu adalah fashion.Fashion adalah sesuatu yang amat sangat menarik
buat kita, sesuatu yang menjadi pemikiran kita, sesuatu yang menjadi hal-hal
yang kita lakukan itu terasa mudah dan nyaman hingga menyenangkan.
Jadi mulailah sesuatu yang memang sesuai dengan rencana kita, lalu kalau
kita suka novel maka kesan kita pun cenderung pada fiksi, tapi kalau kita suka
penelitian maka penulisan kita lebih cenderung kepada non fiksi. Apapun itu mulailah
dari sesuatu yang memang kita kuasai dengan baik, kenapa? karena dengan begitu
akan mengalir kata-katanya akan mengalir semuanya dengan mudah, cara paling
mudah untuk kita memotivasi diri.
Menulis adalah bagaimana kita bisa sukses
melakukan sesuatu. Banyak sekali Bapak Ibu yang cerita kepada beliau, yakni
saya ingin putus asa karena satu teks pun tak akan ada yang jadi, tidak sampai
tuntas, lalu di tengah jalan berhenti. Itu sebenarnya hal yang wajar dilakukan
atau dialami siapa saja, tapi jika itu terus-terusan terjadi sampai akhirnya
sama sekali tidak akan ada hasil yang dilakukan, maka itu adalah sebuah masalah.
Ketika ditelusuri Ternyata apa yang ia tulis berawal dari sesuatu yang
sebenarnya tidak mudah bagi dirinya, sesuatu yang dipaksakan.
Apa sih renjana itu ?
Menurut beliau ini triknya
Apa itu buku anak, buku anak juga saat ini
sangat dibutuhkan, kemudian Apakah bentuknya penelitian. Tapi itu semua
bagaimana kita membuat penelitian itu menjadi sesuatu yang popular, kemudian apakah
bentuknya memotivasi diri, apakah bentuknya keagamaan dan sebagainya. Yang pertama
Tentukan renjana kita, tapi jangan susah-susah, jadi jangan dipikir aduh saya
nggak tahu rencananya pada akhirnya tidak di mulai-mulai, lakukan yang menurut
kita paling mudah, kita suka makan buat video makan, kita suka membaca buat
review membaca, kita suka menonton YouTube buat review tentang YouTube, jadi
apapun yang mudah.
Awalnya beliau menulis buku pendidikan untuk
orang tua dan guru. Itu memang sebuah sesuatu yang dipaksakan oleh mentor
beliau waktu itu, sehingga beliau menulis sama, kemudian diterbitkan. Kemudian
setelah itu yang menjadi renjana beliau adalah bagaimana menulis buku anak,
tentu karena pengalaman pribadi mencari buku sulit untuk anak beliau sendiri dan
buku-buku yang berkualitas. Itupun kalau diterjemahkan ada konteks kesan tidak
tepat sehingga renjana sangat menjadi fashion beliau bagaimana menciptakan
buku-buku anak berkualitas tapi terjangkau, ini dari ide-ide sederhana jadi
besar, tapi bisa mempunyai dampak yang luar biasa kepada anak-anak Indonesia
itu akhirnya menjadi titik bagaiman beliau fokus ke sana. Pertama dari sekarang
sudah menyiapkan buku untuk reading program bagi anak-anak di sekolah secara
komprehensif, tapi karena adanya pandemi ini, jadi belum (tertunda) dulu untuk
penerbitannya.
2. Rutin
Menurut beliau rutin ini kuncinya nya, rutin
itu bukan hanya rutin menulis tapi lebih penting lagi adalah rutin membaca,
Kenapa? dengan rutin membaca itu akan menjadi yang otomatis, sehingga kitapun
akan merekam apa yang kita lihat, apa yang kita alami, kita ingin menjadi
sebuah bahan bacaan. Sehingga kita akan termotivasi untuk menulis .ketika kita
membaca akan penuh kantong dikepala kita yang ingin keluarkan dalam bentuk tulisan
karena yang kosakata membaca tidak sama dengan kosakata lisan. Jadi, kosakata
membaca kecenderungannya adalah berkaitan dengan kosakata menulis, jadi
demikian halnya kosakata lisan. Jadi jika kita mendengar, kita inginnya
mengungkapkan kembali, membicarakannya kembali, tetapi jika kita membaca, kita
ada keinginan membuat bentuk tulisan yang lain. Usahakan apapun genre bukunya
kita baca, tetapi kalaupun kita tidak punya waktu banyak, sesuaikan genre yang
akan kita tulis dengan genre yang dibacanya, kemudian kita rutin menulis.
Dengan
menulis kapanpun, di mana saja,adalah rumus dari penulis hebat. Mereka selalu
menyiapkan waktu khusus dan tempat khusus untuk terus menulis, sehingga yang terpendam
dalam otaknya, ketika dia di waktu itu dan di tempat itu, itu adalah saatnya
dia mengeluarkan tulisannya. Itu di setiap orang mempunyai beda-beda
kebutuhannya, tetapi juga jangan menjadi tergantung akan hal itu. Tapi
membentuk sebuah rutinitas itu perlu untuk adanya place dan time untuk
melakukan kegiatan menulis itu. Jadi menulis itu bisa dimana saja, kapan saja
dan tentang apapun. Jadi setiap kita melihat sesuatu hal yang menarik. Apapun
itu, ada orang cara berpakaiannya berbeda, ada orang yang melakukan sesuatu. Anda belum sempat menulis, tapi rekam itu di
handphone. Banyak sekarang aplikasi Note di handphone, jika kita dalam
perjalanan, kita tidak bisa menulis maka kita gunakan handphone kita sebagai
recorder, karena kita harus mengumpulkan bank-bank cerita itu sehingga kita ada
waktu untuk menulis kita menulis. Kita akan mereview bahan cerita itu harus
detail, karena pada saat kejadian pada hari ini sedangkan kita baru sempat
menulis 1 bulan kemudian, maka itu akan terlupa oleh kita. Tapi cukup dengan mengungkapkan
detailnya, perasaannya, peristiwanya, bagaimana buatnya, seperti apa, bukannya
hanya yang tampak pada mata tapi emosi.
Orang
yang memendam akan kalah dengan orang yang mengungkapkan,
Orang
yang menunggu akan kalah dengan orang yang melakukan.
Jadi untuk itu harus dilakukan, tidak
memendam, kemudian jangan menunggu, tapi melakukan.
Dengan rutinitas beliau punya banyak bank – baank kisah dan bank – bank tokoh
,bank - bank situasi, kemudian skenario itu bisa digunakan ke mana-mana, dan
nanti bisa digunakan dimana saja.
3. Review
review adalah setelah kita punya kumpulan maka review proses tersulit dan
terpanjang .Lakukan semua yang ingin ditulis, tidak perlu diedi,t tidak perlu
dilihat nama tokohnya, tidak perlu dilihat lagi peristiwanya, logikanya,
alurnya, tulis dulu, biarkan ide flow biarkan ide mengalir. Kemudian review itu
kita lakukan setelah itu semua, kita lihat tokohnya, kita lihat detailnya, kita
lihat kalau itu buku nonfiksi kita lihat word font-nya misalnya kita lihat alur
berpikir nya itu yang akan direview.
Review ini penting untuk melihat
partner kita.
Apa sih yang kita tulis misalnya beliau
menulis buku panduan program membaca yang sebentar lagi akan terbit karena ada
pandemi ini, maka tertunda sebentar Insyaallah akan terbit akan reading program
bagi guru-guru. Itu akan detail pada saat itu audiensnya siapa, maka yang
dibutuhkan apa, kita butuh pengaplikasiannya tetapi jika butuh alasannya dibalik
pendekatan-pendekatan tidak terlalu banyak, karena yang ditulis bukan buku ilmiah
tapi buku popular.Sebaliknya, jika mungkin rencana yang akan dilakukan
penelitian paling tidak melakukan penelitian kelas atau misalnya karena kita
menyelesaikan pendidikan misalnya S1, S2 dan S3 berkutat terus dengan
pendidikan. Maka otomatis akan timbul
pemahaman yang sangat mendalam tentang hal itu dan ingin sekali menuliskannya
kembali, tetapi kuncinya adalah ketika kita menuliskan penelitian,maka jangan
itu menjadi semacam sebuah penelitian yang kita buat untuk jurnal, tapi itu
popular. Karena sering bisa melihat buku-buku yang inspirasi dari penelitian,
isinya adalah bermacam-macam, dari bermacam-macam pustaka-pustaka tapi ambil angle
dimana itu menjadi sesuatu yang populer. Karena kita itu terbitkan ingin nya
itu adalah sesuai yang populer jadi misalnya sesamanya adalah guru atau
sasarannya adalah orang tua atau murid adalah sesuatu yang anti kebal yang
dekat dengan kehidupannya. Jadi penelitiannya kuat karena menjadi latar
belakangnya. Tapi bagaimana penulisannya harus diupayakan untuk popular, itu
yang di review pada saat diri kita akan masuk poin 4R terakhir yaitu ruang bagi
pembaca.
4. Ruang bagi pembaca
Menurut beliau ketika review jangan jadikan
review kita sudah cukup, pasti kita anggap itu sudah bagus. Tapi jadi kan itu
penting . Review dari pembaca yang kita tuju, kalau itu buku anak-anak maka
pembacanya adalah anak-anak, kalau itu buku untuk guru maka pembacanya adalah
untuk guru, kalau itu buku untuk orang tua maka pembacanya orang tua ruang. Bagi
pembaca artinya bukan kita meminta mereka untuk membaca kemudian kita
mengharapkan sisi positif, tetapi justru yang kita harapkan adalah feedback negatif
apa yang harus diperbaiki, apa yang tidak mereka suka, apa yang mereka anggap
itu sulit, apa yang mereka anggap itu tidak menarik ,itu yang justru lebih penting
sehingga kita kemudian memperbaiki.
Walaupun ruang pembaca ini penting, jangan
sampai menghilangkan jati diri penulis. Contoh paling mudah adalah buku
anak-anak. Setiap ingin menulis buku anak pasti dibaca dulu oleh anak usia
sekarang di banyak tempat, kemudian
banyak hal direview yang mana bagi mereka itu hal-hal tidak kita pikirkan. Bagi
kita sudah oke, ternyata bagi mereka punya pola pikir yang berbeda, pengungkapannya
juga berbeda. Begitu juga dengan buku-buku pendidikan, misalnya buku untuk
orang tua dan sebagainya. Untuk itu perlu review bagi ruang pembaca, itu
penting bagi penulis. Seorang penulis tidak ada artinya tanpa hadirnya pembaca,
maka hadirnya pembaca menjadi penting. Maka itu di share di medsos, kemudian
meminta keluarga kita, untuk membaca. Anak kita untuk membaca. Itu adalah hal
yang penting, karena dengan adanya kepuasan dalam membaca, itu yang membuat
kita termotivasi.
Kesimpulan :
· Seorang filosof Decrates mengatakan bahwa
membaca buku sama saja untuk berbicara dengan orang-orang bijak di masa lalu
dan pastinya setiap manusia ingin dikenal dalam sejarah dan ingin mencatat
sebuah sejarah, karena itu apa yang bisa kita tinggalkan adalah buku.
·
Menulis dengan 4R yaitu :
1. Renjana
2. Rutin
3. Review
4. Ruang bagi pembaca
· Orang yang memendam akan kalah dengan orang
yang mengungkapkan,
Orang
yang menunggu akan kalah dengan orang yang melakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar