Sabtu, 06 Maret 2021

MENULIS ADALAH BEKERJA MENUJU KEABADIAN


 

https://nani2teacher1navy.wordpress.com/2021/03/03/curriculum-vitae-nani-kusmiyati/

Beliau juga teman kuliah S3 omjay di kampus pascasarjana Unversitas negeri jakarta (UNJ)

Menulis adalah kegiatan yang dapat dilakukan siapa saja. Mengapa kita harus menulis? setiap orang memiliki alasan untuk menulis. Biasanya kita menulis karena kita ingin menumpahkan rasa kesedihan, kegembiraan, marah. Kita menulis untuk mengungkapkan ide kita ke orang lain atau publik atau untuk meyakinkan orang tentang visi dan misi kita.

Kegiatan menulis menjadi menarik tatkala kita telah menemui celahnya. Hal ini bisa didapatkan ketika kita sering menulis. Seperti dikatakan oleh Om Jay dan beberapa nara sumber sebelumnya, “Menulislah setiap hari dan buktikan hasilnya”.

Celah yang dimaksud yaitu kita bisa mengetahui kelemahan dan kelebihan kita ketika membaca lagi tulisan yang pernah kita buat. Apakah bahasa yang kita gunakan sudah tepat atau belum? Apakah tulisan kita sudah mengalir (dengan menggunakan kata penghubung yang benar)? Sebelum kita publish tulisan itu sebaiknya diendapkan terlebih dahulu dan dibaca, maka kita akan menemukan kata-kata yang kurang pas dan kesalahan ejaan.

Beliau pribadi banyak belajar dari para narasumber sebelumnya juga dari group literasi yang mengadakan nulis bareng dan membuat buku antologi dengan berbagai topik. Sebagai penulis pemula beliau baru dapat menulis 28 buku Antologi.

Selain bergabung dengan group literasi Om Jay, beliau juga ikut dengan group the writers Om Bud (Bapak Budiman Hakim, Kang Asep dan mba Devina). Yang banyak memberikan ilmu, ide dan motivasi di dalam menulis.

Tidak dapat beliau sebutkan satu persatu teman literasi yang membuat beliau termotivasi untuk menulis. Teman literasi beliaulah yang membuat beliau berani mengungkapkan ide-ide beliau ke dalam blog maupun mengirimkan ke the writers dan YPTD (Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan.

Dua project lain yang banyak berbagi ilmu tentang menulis adalah project Omera dan Nubala. Omera dengan mbak Moon dan Nubela dengan mba Rina. Keduanya masih muda namun sudah berkarya. Beliau sangat salut kepada mereka

Menurut beliau jika kita kembali ke topik “Menulis adalah bekerja untuk keabadian” maka dengan menulis banyak sekali manfaat yang dapat kita petik untuk diri kita pribadi maupun orang lain. Untuk pribadi, kita dapat memperluas pengetahuan apa saja. Dengan menulis otak kita akan terus terasah walaupun kita bertambah usia sehingga kita tidak mudah lupa.

Menulis adalah sarana edukasi bagi diri pribadi dan orang lain. Kita dapat membagikan ilmu yang kita miliki melalui menulis. Jika kita seorang guru, kita menuliskan bahan ajaran untuk siswa kita di blog atau menjadikan sebuah buku maka murid-murid kita akan membacanya dan menyerap ilmu tersebut dan berguna untuk masa depannya. Walau kita telah tiada buku-buku kita masih ada, buah pikiran atau ilmu yang kita tuangkan ke dalam buku masih dapat dinikmati orang lain.

Inilah salah satu manfaat bahwa menulis itu bekerja untuk keabadian. Manfaat lain dari hasil tulisan yaitu sebagai perantara kebaikan. Ketika kita menulis hal-hal yang inspiratif yang dapat memotivasi orang lain, yang dapat menenangkan hati orang lain maka kita sudah berbagi kebaikan dengan orang lain.

Menulis mengabadikan cerita kehidupan kita atau perjalanan karir kita. Ketika beliau tugas misi di Libanon seharusnya banyak yang bisa beliau tulis. Namun saat itu beliau hanya mengabadikan lewat foto-foto di tempat-tempat bersejarah. Foto-foto itupun jika hanya kita simpan di flash-disk bisa terkena virus. Beberapa foto yang sudah beliau simpan di email masih bisa diselamatkan. Dari foto-foto itu yang mengingatkan beliau untuk menuliskan kembali pengalaman-pengalaman selama misi. Sehingga anak cucu beliau nanti dapat mengetahui sejarah beliau, prestasi apa yang pernah beliau dapatkan.

Beberapa yang artikel yang sudah beliau tulis untuk mengabadikan pengalaman dan karir beliau ada di link berikut:

https://nani2teacher1navy.wordpress.com/2021/02/22/one-fine-day/

Pengalaman sedih ketika beliau kehilangan separuh jiwa beliau, beliau juga tuliskan di blog Karena beliau ingin mengabadikan kisah hidup beliau

https://nani2teacher1navy.wordpress.com/2021/02/10/menata-hati/

https://aamnurhasanah12.blogspot.com/2020/06/mayor-nani.html

 

Pengalaman di Libanon itu sungguh mendebarkan karena beliau tidak bisa Bahasa Arab, di perbukitan hanya ketemu beberapa orang yang hanya bisa bahasa Perancis, terpaksa menggunakan body language.

Ketika kegiatan dilapangan beliau tidak bisa menulis, namun ketika istirahat beliau ada waktu untuk mengecek pesan-pesan. Kesempatan itu biasanya beliau buat untuk menuliskan pointer yang akan beliau tulis.

Sekarang ini kebetulan beliau banyak mengajar di kelas, pada saat beliau beri tugas ke siswa writing, beliau mulai menulis tentang siswa-siswa beliau. Banyak ide yang bisa ditulis ketika di kelas. Beliau tentara merangkap menjadi guru juga, bedanya menjadi guru militer dan PNS dilingkungan militer. Beliau sangat senang bisa memiliki keluarga baru di PGRI.

Beliau memanfaatkan waktu ketika waktu-waktu istirahat, ketika perjalanan ke kantor atau pulang. Pada saat di Lebanon beliau belum menulis di blog namun hanya menulis di buku catatan yang sengaja beliau bawa ketika beliau merasa bosan.

Saat itu hp blackberry yang beliau punya. Di hp itulah beliau ambil beberapa foto dan beberapa catatan yang beliau kirimkan ke keluarga.

Sebenarnya sejak dulu beliau pengin sekali jadi penulis namun belum kesampaian, ketika bertemu Om Jay di WA group S3 UNJ beliau mendapat Info ada kelas menulis di blog. Tanpa pikir panjang beliau bergabung

Beliau menjadi bersemangat ketika memiliki banyak teman belajar, mendapatkan ilmu dari para narasumber, wah mengasyikkan.

Menurut beliau, tulisan yang kita buat hingga menjadi buku harus sesuai target atau pasar kita. Jika pasar kita anak-anak, kita seharusnya bercerita sesuai minat anak-anak itu

Bagi beliau yang terpenting kita suka menulis tentang apa, dan sebaiknya ditujukan kepada siapa. Tidak usah memaksakan diri karena ingin banyak dibaca orang akhirnya kita tidak menikmati untuk menulis bahkan stuck atau mandek ide-ide kita.

Menulislah sesuai kata hati dan senyaman mungkin, baru kita menemukan pembacanya.

Menurut beliau untuk menimbulkan semangat menulis berasal dari niat pribadi, karena pada saat sedih menulis sangat membantu melegakan hati, demikian juga saat kita kesal. Namun beliau tidak menulis hal-hal yang berhubungan dengan kedinasan karena memang tidak boleh.

Tulisan yang sangat berkesan ketika beliau mengirimkan artikel untuk buku Antologi tentang Ayah. Disitu beliau menulis dari sudut pandang putra beliau ketika merawat ayahnya yang sedang sakit parah. Beliau mengetik di rumah sakit, sambil menunggu suami beliau atau Ayah putra beliau tidur.

Untuk mengatasi kendala dalam lingkungan pekerjaan, beliau memang harus memprioritaskan pekerjaan dulu jika lelah atau agak bosan dengan rutinitas beliau segera menulis sesuatu yang beliau suka atau sesuatu yang melegakan beliau.

 

 

4 komentar: