Kamis, 25 Maret 2021

Bimtek Guru Belajar Seri AKM: Bentuk Literasi Guru di Tengah Pandemi

 

Bimtek Guru Belajar Seri AKM: Bentuk Literasi Guru di Tengah Pandemi

Asesmen Nasional adalah program penilaian terhadap mutu setiap sekolah, madrasah, dan program kesetaraan pada jenjang dasar dan menengah.

Mutu satuan pendidikan dinilai berdasarkan hasil belajar siswa yang mendasar (literasi, numerasi, dan karakter) serta kualitas proses belajar-mengajar dan iklim satuan pendidikan yang mendukung pembelajaran.

Informasi-informasi tersebut diperoleh dari tiga instrumen utama, yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar.

Berikut ini penjelasan dari tiga instrumen utama dari Asesmen Nasional, antara lain:

  1. Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang mengukur kompetensi mendasar literasi membaca dan numerasi siswa. 
  2. Survei Karakter yang mengukur sikap, nilai, keyakinan, dan kebiasaan yang mencerminkan karakter siswa
  3. Survei Lingkungan Belajar yang mengukur kualitas berbagai aspek input dan proses belajar-mengajar di kelas maupun di tingkat sekolah.

Seiring disosialisasikannya Asesmen Nasional, telah banyak respons yang disampaikan terkait konsep dan pelaksanaannya. Siswa, orangtua, guru, bahkan kepala sekolah mulai gelisah terkait penghapusan Ujian Nasional dan pemberlakuan Asesmen Nasional.

Untuk menghindari hal itu, pemahaman yang utuh dan menyeluruh mengenai Asesmen Nasional pun perlu terus disebarluaskan.

Tujuan dan Manfaat Asesmen Nasional untuk Tingkat SD

Perubahan sistem evaluasi dari Ujian Nasional ke Asesmen Nasional merupakan upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan secara menyeluruh.

 

Tujuan Asesmen Nasional

Asesmen Nasional dirancang untuk menghasilkan informasi akurat untuk memperbaiki kualitas belajar-mengajar, yang pada gilirannya akan meningkatkan hasil belajar siswa. 

  1. Asesmen Nasional menghasilkan informasi untuk memantau: (a) perkembangan mutu dari waktu ke waktu, dan (b) kesenjangan antar bagian di dalam sistem pendidikan (misalnya di satuan pendidikan: antara kelompok sosial ekonomi, di satuan wilayah antara sekolah negeri dan swasta, antar daerah, ataupun antar kelompok berdasarkan atribut tertentu). 
  2. Asesmen Nasional bertujuan untuk menunjukkan apa yang seharusnya menjadi tujuan utama sekolah, yakni pengembangan kompetensi dan karakter siswa. 
  3. Asesmen Nasional juga memberi gambaran tentang karakteristik esensial sebuah sekolah yang efektif untuk mencapai tujuan utama tersebut. Hal ini diharapkan dapat mendorong sekolah dan Dinas Pendidikan untuk memfokuskan sumber daya pada perbaikan mutu pembelajaran.

Manfaat Asesmen Nasional

  1. Potret kualitas pembelajaran di sekolah atau daerah.
  2. Umpan balik peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah atau daerah.
  3. Dasar untuk penyusunan program peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah atau daerah.

Maka dari itu, hasil Asesmen Nasional sendiri diharapkan mampu memberikan manfaat, bukan sekedar nilai belaka. Pada tahun 2021, Mendikbud telah menyatakan bahwa hasil Asesmen Nasional dimaksudkan sebagai peta awal mutu sistem pendidikan secara nasional. Asesmen Nasional tidak akan digunakan untuk mengevaluasi kinerja sekolah maupun daerah.

 

Evaluasi Ujian Nasional untuk Tingkat SD

Kebijakan pelaksanaan Asesmen Nasional juga berangkat dari evaluasi yang dilakukan terhadap Ujian Nasional yang telah berlangsung selama ini. Ujian Nasional menjadi lebih berorientasi pada pencapaian hasil belajar individu dan pembelajaran yang berorientasi pada ujian. Sasaran kompetensi yang diharapkan sebagai perbaikan mutu pendidikan sendiri seringkali terabaikan. Selain itu, beberapa poin evaluasi berikut ini juga menjadi pertimbangan untuk menghentikan pelaksanaan Ujian Nasional dan menetapkan penyelenggaraan Asesmen Nasional. 

 

Pertama, Butir-butir soal UN hanya mengukur kemampuan kognitif siswa, sehingga input dan proses pembelajaran kurang dapat tergambarkan dengan baik. Hal ini belum sejalan dengan tujuan pendidikan yang ingin mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi serta kompetensi lain yang relevan dengan Abad 21, sebagaimana tercermin pada Kurikulum 2013. Harapan untuk mengevaluasi keterampilan siswa dalam menerapkan pengetahuan serta konsep melalui berbagai konteks kehidupan, serta menunjukan karakter sebagaimana yang diharapkan dalam profil pelajar pancasila belum lengkap dilakukan melalui UN saja.

 

Kedua, UN kurang dapat dimanfaatkan guru untuk memperbaiki pembelajaran pada subjek siswa yang sama. Asesmen Nasional dirancang untuk memberi dorongan lebih kuat ke arah pengajaran yang inovatif dan berorientasi pada pengembangan kompetensi, termasuk di dalamnya kemampuan bernalar.

 

Ketiga, UN kurang optimal sebagai alat untuk mengevaluasi mutu pendidikan secara nasional. Hal ini disebabkan UN diterapkan di akhir jenjang pendidikan lebih sebagai assessment of learning yang mengukur capaian akhir, bukan sebagai sebagai assessment for learning, yang mengukur proses pembelajaran. Hasil UN tidak bisa digunakan untuk mengakomodir kebutuhan belajar yang diperlukan siswa. 

 

Pemberlakuan Asesmen Nasional ini merupakan sinyalemen yang kuat dari pemerintah untuk terus memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia. Dan dari ketiga poin tersebut, maka sesungguhnya yang perlu dipersiapkan untuk menghadapi Asesmen Nasional adalah pemahaman mengenai tujuan dan manfaat Asesmen Nasional, serta implikasinya pada perubahan praktik dan strategi pembelajaran di kelas. Siswa, guru, orangtua, kepala satuan pendidikan tidak lagi direkomendasikan untuk berlatih soal-soal persiapan AKM sebagaimana penilaian yang berbasis ujian.

 

Membandingkan Asesmen Nasional dengan Ujian Nasional untuk Tingkat SD

Berikut ini Perbandingan antara Asesmen Nasional dengan Ujian Nasional.

Berikut penjelasan dari Perbandingan antara Asesmen Nasional dengan Ujian Nasional:

  1. Tujuan penyelenggaraan Asesmen Nasional dan Ujian Nasional tidak sama. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Asesmen Nasional bertujuan untuk mengevaluasi mutu sistem pendidikan di Indonesia, sedangkan Ujian Nasional bertujuan untuk mengevaluasi capaian hasil belajar siswa secara individu. 
  2. AN diberlakukan untuk semua jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah pertama, dan pendidikan menengah atas. Ini termasuk MI, MTS dan MAN, serta program kesetaraan. Sementara UN pada Sekolah Dasar tidak diwajibkan, tetapi lebih mengarah pada Ujian Sekolah Berstandar Nasional.
  3. Asesmen Nasional tidak diselenggarakan pada akhir jenjang pendidikan sebagaimana Ujian Nasional, melainkan di tengah jenjang pendidikan. Yaitu pada kelas 5, 8, 11. Hal ini dilakukan untuk mendorong guru dan sekolah melakukan tindak lanjut perbaikan mutu pembelajaran setelah mendapatkan hasil laporan AN. Jadi bukan sekedar untuk mengetahui capaian hasil belajar siswa sebagai salah satu syarat kelulusan.
  4. Pada pelaksanaannya, Asesmen Nasional menggunakan metode survei. Metode survei dilakukan dengan mengambil sampel siswa diambil secara acak dari setiap sekolah. Berbanding terbalik dengan Ujian Nasional yang menggunakan metode sensus dimana semua siswa di seluruh Indonesia wajib mengikutinya.
  5. Model soal asesmen yang diberikan dalam AN lebih bervariasi bukan sekedar pilihan ganda dan uraian singkat sebagaimana yang diberikan dalam UN.
  6. Salah satu komponen hasil belajar murid yang diukur pada asesmen nasional adalah literasi membaca dan numerasi. Asesmen ini disebut sebagai Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) karena mengukur kompetensi mendasar atau minimum yang diperlukan individu untuk dapat hidup secara produktif di masyarakat. Sementara Ujian Nasional berbasis mata pelajaran yang memotret hasil belajar murid pada mata pelajaran tertentu. Hal inilah yang terkadang memberi kesan mata pelajaran yang penting dan kurang penting dalam pendidikan. Dalam hal ini, AKM memotret kompetensi mendasar yang diperlukan untuk sukses pada berbagai mata pelajaran. 
  7. Metode penilaian AN dan UN pun berbeda meskipun keduanya berbasis komputer. AN menggunakan metode penilaian Computerized Multistage Adaptive Testing (MSAT). MSAT ialah metode penilaian yang mengadopsi tes adaptif, dimana setiap siswa dapat melakukan tes sesuai level kompetensinya.

Bapak dan Ibu telah membandingkan Asesmen Nasional dan Ujian Nasional. Sebagai tanggapan atas pemberlakuan Asesmen Nasional, berbagai respons pun muncul dari sejumlah pihak mengenai kebijakan ini. Apakah kebijakan ini hanya sekedar penggantian nama semata? Menurut Anda, apakah Asesmen Nasional merupakan pengganti Ujian Nasional?

Benar. Asesmen Nasional bukan pengganti Ujian Nasional. Selain dari teknis pelaksanaannya, cakupan Asesmen Nasional berbeda jika dibandingkan dengan Ujian Nasional. Asesmen Nasional lebih memberikan gambaran yang lebih utuh dan luas mengenai mutu pendidikan, bukan hanya secara kognitif, namun juga karakter dan iklim belajar.

Dalam rangka memberikan pemahaman yang benar terkait Asesmen Nasional (AN), Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menyelenggarakan Bimbingan teknis (Bimtek) e-Learning Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi Minimum (AKM). 

Kegiatan ini terbuka untuk semua pengawas, kepala sekolah, dan guru pada tingkat SD,SMP, DAN SMA/SMK dengan syarat sudah memiliki akun SIMPKB. Kegiatan Bimtek e-Learning Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) ini berlangsung sejak tanggal 4 Januari 2021 sampai 27 Februari 2021, yang terbagi menjadi 11 angkatan. Di mana setiap angkatannya memiliki durasi waktu 5 x 24 jam.

Saya memutuskan untuk mengikuti kegiatan ini. Alhamdulilah saya berhasil mendaftarkan diri secara online pada Angkatan 1

Setelah berhasil medaftarkan diri pada angkatan 1, maka saya diarahkan untuk bergabung pada grup Telegram Official Guru Belajar-Ditjen GTK Kemendikbud RI. Telegram grup ini sudah memiliki lebih dari 100.000 anggota. Bimtek e-Learning Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) angkatan 1 yang saya ikuti berlangsung selama 5 hari sejak 4 Januari hingga 8 Januari 2021.

Saya termasuk orang yang semangat untuk mengikuti kegiatan ini, sampai-sampai tak sabar menanti agar hari segera memasuki Senin, 4 Januari 2021, di mana hari pertama kegiatan Bimtek dimulai. Agar saya dengan secepatnya menyelesaikan Bimtek Guru Belajar seri AKM dengan hasil lulus dikarenakan putra saya Anif El Syarief Harahap sedang sakit.

Senin, 4 Januari 2021 saya mengikuti Bimtek seri AKM, segera saya menghidupkan laptop dan membuka tautan Bimtek Guru Belajar seri AKM di laman gurubelajar. 

Setelah saya masuk, ternyata kegiatan Bimtek e-Learning Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) sudah bisa dimulai. Segera saya klik tombol mulai dan mengikuti kegiatan dengan penuh semangat an dipaksakan.

Kegiatan ini memiliki 3 tahapan, yaitu orientasi, Bimtek, dan pengimbasan. Saya baru bisa menyimpukan bahwa kegiatan yang sejatinya berlangsung antara 4 s.d 8 Januari 2021 ini, dapat diselesaikan lebih cepat.

Artinya karena waktu yang disediakan sangat fleksibel (24 jam dalam sehari), maka peserta bisa menyelesaikan program lebih awal, tetapi tidak boleh melewati dari batas waktu yang ditentukan.

Setelah memahami fleksibelitas waktu Bimtek Guru Belajar seri AKM ini, bukan berarti saya santai-santai saja, justru sebaliknya. Saya bertekad menyelesaikan program ini sebelum batas waktu berakhir, bahkan saya menyelesaikannya dalam 2 hari yang mana perharinya 3 jam. Alhamdulillah, Selasa 5 Januari 2021 saya sudah menyelesaikan 100 persen Bimtek e-Learning Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi Minimum (AKM). Artinya saya mampu menyelesaikannya dalam waktu kurang dari 24 jam.

Ada satu tahapan lagi, yang sebenarnya tidak wajib bagi mereka yang sudah lulus mengikuti kegiatan Bimtek e-Learning Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), yaitu pengimbasan. 

Pada awalnya saya kurang paham apa yang dimaksud dengan pengimbasan. Dengan berbekal informasi pada media Telegram Grup Official Guru Belajar-Ditjen GTK Kemendikbud RI, maka saya memahami apa yang dimaksud dengan pengimbasan. 

Pada tahap pengimbasan, peserta diminta mengajak, mendampingi, dan membantu rekan guru yang lain dalam mengikuti dan menyelesaikan program Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi Minimum. Diharapkan rekan guru yang diajak adalah rekan guru di Satuan Pendidikan tempat Peserta mengajar. 

Ajakan tersebut dibuat dalam bentuk video, lalu diunggah ke channel YouTube. Setelah diunggah, selanjutnya memasukkan link URL video tersebut pada SIM Guru Belajar seri AKM sebagai syarat untuk mengunduh Piagam Penghargaan.

Tanpa banyak buang waktu, pada Senin 25 Januari 2021 pukul15.00 WIB saya membuat video ajakan melalui Video kepada rekan guru Matematika SMP Negeri 10 Padangsidimpuan yaitu kakak Lenny Wahyuni Siregar, M.Pd. Setelah terekam saya edit melalui kinemaster, kemudian saya upload ke channel YouTube dengan URL. 

Selanjutnya saya menautkan URL video tersebut ke link SIM Guru Belajar seri AKM. Akhirnya, tuntaslah semua rangkaian kegiatan Bimtek e-learing Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang saya ikuti, dan saya berhak mendapatkan sertifikat dan piagam.

Saya berharap dengan adanya program Bimtek ini, pemahaman akan Asesmen Nasional dengan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) sebagai salah satu unsur di dalamnya dapat dipahami oleh seluruh tenaga pendidik, sehingga pada akhirnya kualitas pembelajaran di Indonesia dapat lebih baik dan mampu mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain di dunia. 

Aamiin Ya Robbal ‘alamiin.

Simak selanjutnya: Jawaban Soal Asesmen Pra Program Guru Belajar Seri AKM Tingkat SD.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar