Selasa, 17 November 2020

MENULIS DAN MENERBITKAN BUKU

 Beliau mengatkan “Saya, hanya sebutir pasir yang banyak dijumpa. Masih harus banyak belajar dan belajar banyak.

Berbagi adalah salah satu cara ampuh untuk belajar. Oleh karena itu, saya sungguh berbahagia bisa berbagi bersama .

Berikut adalah profil singkat beliau :

https://dittawidyautami.blogspot.com/p/profil.html?m=1

 

Selain blog, bisa menemukan beliau di instagram :

https://www.instagram.com/dittawidyautami/

 

atau di channel YouTube ditta widya utami

http://www.youtube.com/dittawidyautami

 

Ada 2 hal yang ingin beliau sharing bersama kali ini, yaitu terkait menulis dan menerbitkan buku.

 

 

Bagaimana Memulai Menulis?

Menurut beliau semua mungkin sepakat bahwa menulis tak bisa lepas dari keseharian kita. Setiap hari, mungkin kita terbiasa menulis balasan chat di media sosial. Menulis jurnal harian mengajar. Menulis feedback untuk tugas siswa, dan sebagainya.

Tapi, ketika harus menulis buku. Menulis di blog. Rasanya seperti berlari sprin yang tiba-tiba menghantam tembok. Atau bertinju yang tiba-tiba KO. Atau bermain catur yang langsung skakmat.

Entah apa yang terjadi, seolah semua ide lenyap begitu saja. Tangan tiba-tiba tak bisa menulis. Bahkan lidah pun terasa kelu.

Tenang. Beliau pun pernah mengalaminya.

Lalu, bagiamana cara mengatasi hal tersebut?

Ada beberapa tips yang pernah beliau lakukan dan mungkin bisa diterapkan, yaitu :

1. Ikut kelas menulis

2. Ikut komunitas menulis

3. Ikut lomba menulis

4. Menulis apa saja yang ada di sekitar/dalam keseharian kita

5. Menulis apa saja yang kita suka

Banyak hal yang bisa kita dapatkan dari kelas menulis. Contohnya kelas menulis bersama Omjay ini.

Selain mendapat ilmu, motivasi, tips dan trik menulis, terkadang kita pun mendapat kejutan tak terduga.

 

https://dittawidyautami.blogspot.com/2020/04/hadiah-kejutan-dari-pgri.html?m=1

Tulisan ini mengabadikan ingatan beliau ketika mendapat hadiah kejutan berupa buku dari PGRI karena salah satu resume yang telah beliau buat.

 

https://dittawidyautami.blogspot.com/2020/04/kisahku-dan-kurma-muda.html?m=1

Sedangkan tulisan ini adalah tulisan yang mengantarkan beliau mendapat sepaket kurma ruthob dari KSGN dan PGRI.

Monggo jika sejenak mau berkunjung

Nah, tips kedua yaitu ikut komunitas menulis juga dirasa perlu. Karena dalam komunitas itulah kita bisa berbagi tulisan dan membaca tulisan orang lain sehingga kemampuan menulis kita pun akan semakin terasah.

Saat ini sudah banyak sekali komunitas menulis yang bisa diikuti. Terlepas apakah komunitas tersebut dibuat khusus untuk guru ataupun umum.

Tips yang ketiga adalah ikut lomba. Ini cocok bagi siapa pun yang menyukai tantangan. Dengan mengikuti lomba, kita bisa belajar membuat tulisan dengan berbagai tema dalam waktu yang tentunya sudah terjadwal. Beliau juga pernah sekali dua kali mencoba, alhamdulillah belum menjadi juara, tapi justru dari situ kita akan sadar dimana letak kekurangan kita. Sehingga dikemudian hari, kita bisa belajar untuk menjadi lebih baik.

Tips berikutnya jika masih merasa sulit menulis adalah tulis saja apa yang ada di sekitar kita atau yang kita alami hari ini.

Dulu saat menjadi binaan Omjay di Kelas Menulis Gelombang 7, Omjay rutin mengirim foto setiap hari untuk diubah menjadi tulisan.

Ada foto ketoprak, gorengan, kucing, rempeyek, wah macem-macem! Pokoknya dari foto itu harus jadi tulisan minimal 3 paragraf. Seru dan sekaligus membuktikan bahwa memang benar apa saja yang ada di sekitar kita bisa kita ubah menjadi tulisan loh!

Jika belum mempan, mari buat tulisan tentang keseharian kita. Seperti diari. Itu pun tak apa. Yang penting nulis agar kemampuan kita semakin terasah.

Misalnya tulis saja kisah mencari tanaman keladi putih di hutan demi gratisan atau untuk istri tercinta atau saat hiking , dan sebagainya.

 

Tips kelima yaitu tulislah apa yang kita suka. Karena jika sudah suka biasanya bakal awet

Kita senang berkebun (lagi booming lagi nih ya menanam bunga), silakan tulis tentang berkebun.

Kita senang memasak? Silakan berbagi dengan jenis teks prosedural resep memasak, dan sebagainya.

Pokoknya tulis apa yang kita suka dan kita kuasai.

 

Harus menulis dimana?

Ketika ingin menulis, tentu kita butuh medianya. Bagi beliau, menulis itu bisa kita lakukan di :

Blog

Buku harian

HP/Laptop

atau platform menulis online seperti wattpad dan storial

Bahkan media sosial pun bisa kita buat sebagai sarana untuk menulis. Menulis dimana saja yang penting rutinkan atau buat target berapa tulisan yang harus dibuat dalam sehari, seminggu, sebulan, dan seterusnya.

 

Menulis buku solo atau kolaborasi?

Menurut beliau kalau menulisnya sudah dilakukan dan dirutinkan, tinggal naik tahap deh. Yuk terbitkan bukunya.

Kumpulan tulisan kita di blog, jurnal harian, serta draft-draft yang ada di laptop atau hp bisa kita bukukan loh. Banyak alumni menulis bersama Omjay yang sudah membuktikan.

Senang sekali rasanya melihat satu per satu semakin banyak yang membuahkan karya tulis dalam bentuk buku.

Tapi, mending menulis buku solo atau kolaborasi ya?

Ada beberapa hal yang membedakan saat kita menulis buku solo dan kolaborasi tentunya.

Misal dari tema dan waktu untuk buku solo tentu kita bebas menentukan apa temanya dan kapan mau beresnya. Apakah seminggu, sebulan, menahun?

Sedangkan jika menulis bersama, tentu tulisan yang kita buat harus sesuai tema sesuai ketentuan dan waktunya pun sesuai yang dijadwalkan.

 

Ini adalah buku solo pertama beliau. Ditulis dengan penuh cinta karena berisi kumpulan kisah yang terinspirasi dari anak didik beliau.

Setiap ada kejadian unik, atau meminjam istilah Munif Chatib yaitu "momen spesial", segera beliau catat.

Karena beliau basicnya lebih senang tulisan fiksi, maka saat ada kesempatan, beliau tuangkan dalam bentuk cerpen.

Demikian yang beliau lakukan hingga akhirnya buku ini terbit, alhamdulillah.

Nah kalau yang ini beliau tulis berkolaborasi di bawah asuhan Bu @Bu Sri Guru Puisi dan Pak @Pak Brian

Isinya seputar guru blogger


Untuk konsisten produktif menulis, biasanya beliau terapkan 5 hal ini:

1.Cari apa saja yang bisa ditulis. Walau hanya 1 paragraf. Di tulisnya bisa di berbagai media yang telah beliau sebutkan. Bahkan di status WA sekalipun.

Namun niatkan, agar tulisan kita bermanfaat bagi orang lain.

Kecuali seperti diary, biasanya pengalaman sehari-hari beliau tulis agar beliau ingat seperti apa Ditta di masa lalu sebagai bahan evaluasi diri.

2. Untuk mengusir rasa malas, biasanya beliau merefresh otak dan hati terlebih dahulu. Bisa dengan melakukan hal yang kita sukai. Atau membaca beberapa buku ringan dan menghibur.

3. Pengalaman berkolaborasi dengan Prof. Eko adalah salah satu hal yang tak kan terlupa

Di Gelombang ke-7, Prof Eko saat menjadi narasumber menantang peserta untuk menulis hanya dalam waktu 1 Minggu!

Temanya bisa diambil dari channel YouTube Prof Eko.

Saat itu beliau sempat berpikir apakah akan mengambil kesempatan ini atau tidak.

Bismillah, akhirnya beliau putuskan ikut.

 

*** Menurut beliau menjaga mood agar tidak malas menulis itu mudah. Tinggal ubah mood kita jadi Heppi, cara paling mudah mengembalikan mood adalah dengan tersenyum. Ambillah sebuah cermin, lalu tersenyumlah. Lihat betapa cantiknya kita. Betapa luar biasanya kita. Betapa Tuhan telah menganugerahkan kita akal dan tangan untuk menulis. Jadi, mengapa tidak menulis sekarang?

 

Kumpulkan sesuai tema. Bisa dalam bentuk folder atau file. Misal buku solo pertama beliau. Beliau sudah siapkan folder khusus berjudul "Buku Ditta". Di dalamnya ada subfolder dan subfile berjudul Buku 1 .... Buku 2 ... dan seterusnya.

Minimal 50-70 halaman kan sudah bisa cetak tuh

Penerbit indie banyak, beliau tidak akan sebutkan satu-persatu. Tapi tips dari beliau kalau bisa yang dekat dengan domisili agar lebih mudah dan cepat saat nanti proses pengiriman buku.

Perjalanan menulis beliau ada di Buku Ini, bisa menghubungi Bu Kanjeng jika ingin tau lebih banyak.

Intinya beliau sudah senang menulis sejak bisa menulis.

Dari sekitar kelas 4 atau 5 SD beliau sudah terbiasa menulis diary.

Di SMP beliau menulis untuk Mading sekolah. Pernah juga menulis cerita di buku tulis lalu dipinjamkan ke teman-teman untuk dibaca.

Di SMA dan Kuliah beliau mulai merambah media sosial dan blog. Sempat membuat grup dimana beliau share tulisan-tulisan beliau. Saat kuliah, tulisannya lebih ke KTI. Ikut lomba KTI Beswan Djarum dan masuk 10 besar regional Bandung, atau ikut lomba mahasiswa berprestasi yang salah satunya membuat tulisan karya ilmiah.

 

Beliau yakin di NTT banyak guru yang berprestasi dalam dunia literasi dan tulis menulis.

Bila lebih senang dibimbing secara langsung, maka baiknya kita cari kenalan yang senang menulis. Atau, ayo buat komunitas menulis di NTT. Pelopor, penggerak guru menulis NTT seperti Bu Kanjeng dan Omjay yang senantiasa menginspirasi.

Dari wadah yang dibentuk, bisa dihadirkan pemateri pemateri dan akhirnya bisa belajar langsung dari narasumbernya.

 

***Menurut beliau boleh juga usulkan di sekolah atau komunitas MGMP misalnya untuk sesekali diadakan latihan menulis (jika kondisi sudah memungkinkan)

Beliau termasuk yang sulit konsentrasi jika suasananya berisik. Oleh karena itu, biasanya saat menulis beliau cari suasana yang tenang dan nyaman.

Agar insting menulis tidak hilang, segera catat apa yang ingin kita tulis. Minimal garis besarnya. Oleh karena itu selalu sedia catatan dimana pun dan kapan pun. Atau simpan di hp dan laptop. Atau draft di blog.

Ingat, usahakan tulis garis besar dari apa yang ingin kita tulis dari awal sampai akhir agar meski tidak selesai, kita bisa menuntaskannya di lain waktu.



Ditta ikut mengembangkan literasi di sekolah. Salah satunya Ditta tuangkan dalam bentuk mini best practice di buku kolaborasi ini.

Bermula dari program west Java leader's reading challenge (wjlrc) Ditta aktif di literasi sekolah. Mulai dari menghidupkan kembali perpustakaan yang sempat mati suri, Ditta mendata ulang data perpustakaan.

Beliau lalu membuat jadwal literasi

Menyusun program, mengevaluasi. Yang beliau senang ketika membuat jadwal literasi guru, ternyata disambut baik kepala sekolah saat itu. Jadi, tak hanya siswa, saat kegiatan readathon (membaca bersama-sama selama ±40 menit), ada guru dan siswa yang presentasi tentang apa yang telah dibaca.

Sedih sebetulnya kegiatan itu saat ini terhenti karena pandemi.

Menurut beliau ada yang memang diberi bakat menulis, tapi yang terpenting yang mesti kita ingat bahwa kemampuan menulis itu bisa ditingkatkan.

Sebagaimana yang beliau dapatkan dari guru-guru menulis beliau, rahasia agar bisa menulis dengan baik adalah dengan banyak membaca dan banyak berlatih.

Akan mudah bagi kita untuk menulis jika kita sudah memiliki banyak kosa kata yang kita dapatkan dari kegiatan membaca. Akan mudah bagi kita untuk menulis saat kita sudah terbiasa.

"Teruslah menulis setiap hari dan buktikan apa yang terjadi", begitu kalau Omjay bilang.

Hal lain yang juga penting adalah mulailah menulis dari hal hal yang kita sukai dan kuasai.

Serta, menulislah dengan hati karena apa yang disampaikan dari hati akan sampai ke hati pula.

 

Bagaimana beliau bisa menyukai membaca dan menulis bahkan sejak TK?

Ini semua tak lepas dari kasih sayang kedua orang tua beliau.

Beliau masih ingat, bagaimana di malam malam tertentu, kedua orang tua beliau senang membacakan buku cerita untuk beliau.

Tak hanya itu, mereka pun senantiasa memberikan beliau berbagai macam buku untuk dibaca.

Oleh karena itu beliau bersyukur memiliki kedua orang tua yang telah mengenalkan beliau pada dunia membaca dan menulis. Hingga beliau terbiasa menyisihkan uang untuk kemudian pergi ke toko buku di Bandung hanya sekedar untuk membeli buku. Itu pun tidak setiap saat. Hanya ketika beliau berkunjung ke nenek saja saat lebaran misalnya.

Jadi, mari yang masih memiliki anak belia, kita kenalkan sedini mungkin anak anak kita dengan buku.

 

Tips saat menulis : selesaikan sampai tuntas tanpa editing. Selesaikan saja dulu meski kita merasa ada yang tak cocok dan sebagainya. Karena ... Proses editing lah yang memakan waktu paling banyak dalam menghasilkan karya. Jika saat menulis namun belum tuntas, lalu kita edit. Wah, bisa bisa tak selesai selesai karena terus menerus diedit. Jadi, selesaikan, baru edit sehingga bisa lebih enak dibaca.

Kalau beliau tidak pakai hukuman. Karena ngak suka dihukum ,alternatif lain adalah menuliskan target kita di kertas/karton lalu tempel di dinding. Insya Allah satu persatu impian itu akan terwujud.

 

 

KESIMPULAN :

Teruslah memberi arti pada setiap orang yang kau temui. Dalam setiap hal yang kau lalui, dan untuk setiap waktu yang kau miliki.

Sebutir pasir yang banyak dijumpa,

~ Ditta Widya Utami ~

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar