Selasa, 17 November 2020

TULISLAH YANG D-IALAMI SENDIRI, YANG D-ISUKAI, YANG D-IKUASAI

 

Sebelum kita mulai kelas ini, marilah kita berdoa sejenak untuk kesehatan Om Jay. Alfatihah..

Malam ini kita akan mendapatkan pencerahan dari narasumber hebat yaitu Bapak Nur Aliem Halvaima, SH, MH. Beliau adalah seorang wartawan,  sekaligus penulis buku.

 

BIODATA PENULIS NUR TERBIT

Anak Bugis-Makassar yang dilahirkan 10 Agustus 1960 ini namanya

Nur Aliem Halvaima, SH, MH. Nama pena dan media sosial adalah Nur Terbit. Anak ke-3 dari 7 bersaudara pasangan Haji Muhammad Bakri Puang Boko - Hajjah Sitti Maryam Puang Mene.

 

Tahun 2015 dia menyelesaikan pendidikan di Universitas Islam Jakarta, program S2 ilmu hukum dengan tesis "Pola Pemberian Upah Untuk Kesejahteraan Wartawan Media Cetak di Provinsi DKI Jakarta". Sedang S1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Syari'ah dan Hukum. Sementara Sarjana Muda di IAIN Alauddin Makassar.

 

Nur menjalani profesi wartawan daerah di Makassar sejak masih kuliah, berlanjut jadi koresponden Harian Terbit (Pos Kota Grup) di Sulawesi Selatan. Tahun 1984 hijerah ke Jakarta bergabung jadi reporter kemdian redaktur. Tahun 2014 saat koran tempatnya bekerja "dijual", Nur pensiun dini tapi tetap menulis dan jadi redaktur media online www.possore.com sampai saat ini.

Pengalaman jurnalis Nur sebagai pemegang kartu Wartawan Utama dari Dewan Pers - PWI Pusat ini, antara lain : Wartawan/Editor Surat Kabar Harian Terbit (Pos Kota Grup) 1980-2014. Pemred Vonis Tipikor versi  majalah dan online 2014-2017. Pemred Corong versi majalah dan online 2019-2020. Pemred Telescope versi majalah dan online 2020. Redaktur Eksekutif Possore.com 2015 s/d Sekarang. Redaktur/Admin tamu sejumlah media online, majalah, tabloid 2014 s/d sekarang.

Prestasi menulis antara lain : Dua kali berturut-turut Juara Lomba Menulis Artikel Bertema Pramuka antar wartawan dan Umum Tingkat Nasional 2011 dan 2013, yang digelar Kwarnas Pramuka. Juara Lomba Menulis Pengalaman Mudik Asyik Republika Online. Juara di beberapa lomba menulis blog antara lain: Online Shop Kudo, Lomba Menulis Puisi Spontan Pedas, Lomba Blog Teacher Writing Camp IGI Bekasi, Smartphone Oppo, Dompet Duafa, Asuransi Raksa Online, Online Shop Shofie Martin, Restauran Bebek Kaleyo, BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga Nuklir), Tokoh Populer, Suara Konsumen.

Di tengah kesibukannya itu, Nur sebagai blogger masih sempat menulis di blog pribadi www.nurterbit.com, Kompasiana, Kumparan, Viva, Blogdetik (alm), PepNews, Tokoh Populer, Suara Konsumen, Risalah Misteri, Terbitkan Buku Gratis, bahkan aktif membuat konten video di channelnya YouTube.com/nurterbit. Tahun 2019 Nur meraih Juara Utama Lomba Video YouTube Asuransi Mobil Raksa Online.

Berbekal pendidikan formal dan pengalamannya meliput berita hukum selama jadi wartawan, Nur juga sesekali bersidang mendampingi kliennya di pengadilan sebagai lawyer (pengacara). Buku "Wartawan Bangkotan" adalah karya kedua Nur mengenai dunia pers. Sebelumnya kumpulan tulisannya "Lika-Liku Kisah Wartawan" diterbitkan PWI Pusat memperingati Hari Pers Nasional (HPN) 2020.


Menulis berita, peristiwa, laporan pandangan mata dari lapangan. Ataus istilah jurnalistiknya reportase.

Secara tertulis atau (kadang) dilengkapi foto dari TKP (istilah kepolisian tempat kejadian perkara) ke kantor redaksi koran/media

Kebetulan media beliau waktu itu (1980-2014) adalah media cetak (koran)

Baik ketika masih wartawan daerah di Makassar, maupun setelah bergabung di Jakarta sebagai reporter di Harian Terbit (Pos Kota Grup)

Ada perbedaan pola penulisan berita di koran/media dengan menulis bebas untuk artikel di media

Tentu beda lagi jika menulis untuk karangan ilmiah, skripsi, makalah, tesis atau disertasi

Di media, ada format atau standar baku, yakni berita tdk boleh (dilarang) memasukkan opini penulisnya atau wartawannya.

Tapi si wartawan ingin menyampaikan pendapat, gagasan, pemikiran, boleh saja. Ada tempat khusus yakni opini, artikel, yang by name...

Untuk rubrik artikel di media, sudah disiapkan, baik koran, majalah, tabloid, dan lain-lain.

Selain wartawan sebagai tugas utamanya, rubrik opini ini bisa diisi oleh orang luar. Maksudnya pembaca, sesuai kehalian dan bidang yang dikuasainya.

Untuk tulisan ini, ada kompensasi dari redaksi media tersebut, berupa honorarium yang besarnya tergantung kemampuan media yang bersangkutan.

Menurut beliau mereka ahli/pakar satu bidang ilmu, bahkan menjadi penulis tetap, yang tentu honornya juga lumayan.

Saat ini media besar seperti Kompas, Majalah Tempo, Republika, Media Indonesia dan beberapa majalah menerapkan standar honor.

Sayangnya dengan datangnya era digital ini, media cetak dan sebangsanya, banyak yang tiarap lalu tidur untuk selamanya.

Kini era berganti dengan online

Satu sisi mengurangi pasar media cetak, sisi lain membuka peluang baru sebagai netizen, atau citizen jurnalism.

Media Informasi pun makin banyak pilihan.

Dulu harus ke lapak K5, lampu merah, pengecer, agen untuk dapat membeli koran/majalah, sekarang cukup dengan gadget atau hp, dunia sudah terbentang luas.

Itu sekedar perkenalan sekitar dunia yang beliau geluti selama ini sejak 1980-an

Menulis, sudah mulai beliau coba-coba waktu masih SD

Kebetulan ayah kerja di P dan K (kini Kemendikbud) Kab Maros Sulsel

Dulu ada namanya buku inpres, berbagai jenis buku bacaan, pelajaran, dongeng, cerita petualangan. Termasuk majalah anak-anak Si Kuncung. Mungkin ada yang masih ingat, tapi Kuncung sudah "wafat" diteruskan majalah Bobo dan rekan-rekannya

Ayah beliau bertanggungjawab membagikan buku-buku tersebut ke sekolah-sekolah, terutama Dikdas, pendidikan dasar di daerah tersebut.

Dari sinilah beliau terbiasa membaca buku-buku. Dimana kemudian sangat berguna pada kehidupan selanjutnya saat mulai belajar menulis

Jadi benar kata orang,  untuk mahir menulis harus banyak membaca. Ya minimal membaca ulang tulisan sendiri (dimana kekurangannya, ejaannya dan lain-lain)

Di bangku SD itu pula, beliau mulai berani mengirim tulisan ke media, tepatnya di koran daerah tempat beliau tinggal di Makassar.

Ada koran Pedoman Rakyat (PR), koran tertua di Makassar, bahkan se Indonesia Timur.

Tulisannya tentu yang ringan sesuai usia pelajar SD

Puisi Anak, Cerita Anak, bahkan ngirim gambar di rubrik Anak

Tentu bangga ketika pertama kali tulisan kita dimuat di koran. Yang lebih bangga lagi dapat honor, dikit.via wesel pos

Setelah tulisan sudah berani dikirim ke koran dan dimuat, mulai tambah berani ikut lomba menulis. Beberapa kali beliau mewakili sekolah untuk lomba menulis antarsekolah dan Alhamdulillah...menang

Beliau kurang tahu, kenapa lomba menulis antar murid, sekolah ada lagi ya sekrang?

Yang ada.malah lomba menulis.blog bagi guru ya? Salut untuk KSGN

"penyakit" suka menulis ini terus menjangkiti beliau setelah di SLTP-SLTA

Beliau kebetulan sekolah di PGA (Pendidikan Guru Agama)

Untuk ujian akhir, semua siswa harus praktek di SD

Beliau kebagian praktek mengajar di SD Muhammadiyah Maros Sulsel

Beliau dapat kelas 6 yang muridnya badan besar, sementara badan beliau kecil

Pengalaman berkesan mengajar kelas 6 SD yang muridnya seperti GIANT (teman Doraemon - Nabita itu), beliau tulis dan kirim ke lomba mengarang pengalaman ke majalah remaja HAI (Kompas grup)

Alhamdulillah, walau hanya juara harapan 1 (tahun 1980-an) tapi bangganya luar biasa

Hadiah kamus Indonesia-Inggris M Sadeli dan kaos Hai

Juaranya Leila S Chodori, GolaGong, AGS Arya Dwipayana, semua penulis.cerpen dan novel terkenal di zamannya. Menjadi wartawan resmi saat sudah.kuliah di IAIN Makassar. Selain jadi pengelola koran kampus. Terus berlanjut ke Jakarta bergabung di Harian Terbit (grup Poskota)

1984 seingat beliau. Mulai pula belajar menulis opini, tulisan feature, laporan bersambung, sesekali cerpen percintaan atau tema keluarga

2014 saat pensiun dini, mulai fokus.menulis blog, Kompasiana, mengenal medsos (FB, Twitter, Instagram dan YouTube)

Ikut berbagai lomba nulis, beberapa diantaranya menang. Hadiah laptop, kamera, hamdphonez dan yang sering flashdisk, atau voucher belanja. Dari sekian banyak tulisan yg tercecer di mana-mana itulah setelah dikumpulkan akhirnya jadi buku. Yang terbaru diterbitkan YPTD-nya Pak Thamrin dahlan adalah "Wartawan Bangkotan". Tadi diantar TIKI dari percetakan ke rumah.

Sebelumnya ada "Lika-Liku Kisah Wartawan" terbitan PWI Pusat 2020

Akan menyusul buku bacaan ringan : MATI KETAWA ALA NETIZEN




Ini kadang salah satu yang menjadi masalah penulis pemula dan kurangnya minat baca di Indonesia. Menurut beliau, dengan banyak membaca :

1. Memperkaya perbendaharaan kata

2. Belajar EYD

3. Menambah wawasan, terutama bagaimana format menulis: belajar nyusun pragfraf, huruf sambung dan lain-lain.

Yang lebih terasa lagi, dengan banyak membaca tulisan orang lain,.kita belajar style (gaya) penulisan orang.

Kita bisa tiru untuk kemudian akan muncul Gaya khas kita sendiri

Yang gak boleh meniru 100 persen tulisan orang, ibarat nya sampai tirik komanya. Ini sih copy paste ya alias jiplak bin plagiat

Dari pengalaman beliau selama ini, beliau temukan "kunci" yang mungkin bisa jadi ini hanya duplikat dari penulis sebelumnya beliau

1.   Menulis dengan kunci 3D. Tulislah yang D-ialami sendiri, yang D-isukai, yang D-ikuasai

Selain yang sudah disebutkan sebelumnya. Rajin baca, nonton TV/film, dengar radio untuk memperkaya wawasan sebagai tabungan ide kalau mau menulis, terutama genre fiksi

2.      PDLS = Peka Dengan Lingkungan Sekitar (KEPO)

3.      TBTO = Terus Belajar atau Baca (dari) Tulisan Orang

4.      TLMM = Terus Latihan Menulis di Media (Medsos)

5.      TILM = Terus Ikut Lomba Menulis, sebagai uji coba sejauh mana kualitas tulisan kita

 

***Menurut beliau trik-trik sukses supaya bisa tulisan kita bagus dan orang mau baca.. dan kalau bisa ditunggu-tunggu oleh pemirsah adalah:

Selain materi atau isi tulisannya bagus, ya banyak belajar dengan membaca tulisan orang lain yang sudah sering menulis.

Kalau kriteria bagus dan mau dibaca orang, relatif. Tapi di media sosial, media online, blog,nKompasiana.dan lain-lain, kan ada kode berapa jumlah viewer atau pembacanya, yang komenz yang share. Itu sudah indikator tulisan tersebut bagus, minimal banyak dibaca.

Terus latihan menulis

Minta pendapat keluarga, suami, anak, nih tulisan sudah bagus gak. Kalau belum disempurnakan lagi..lagi..dan seterusnya.

Setiap media punya kriteria dan standar tulisan yang bisa dimuat. Rubrik atau tulisan jenis apa yang ada di media tersebut.Itu harus dipelajari dan disesuaikan dengan tulisan yang kita mau kirim. Misalnya koran Kompas, harus sesuai misi koran tersebut.Kalau di Sumut misalnya, ada media cetak koran dan ada rubrik pendidikan, menulis pengalaman masalah pendidikan di daerah terkait masa pandemi.

 

Menurut beliau adapun kutipan pakar, sebagai pendukung dan penguat pendapat kita (60 pendapat sendiri - 40 teori pakar). Jangan lupa ikut data, atau ada hasil survei dan lain-lain terkait materi tulisan malah lebih bagus lagi.

Berita tidak sesuai fakta, adalah merugikan orang lain dan tentu wartawan serta koran yang muat. Makanya ada koridor dan kode etik dalam menulis berita

Harus cross cek, konfirmasi ke pihak yang bertanggung jawab dengan berita yang mau ditulis.Jadi berita akan berimbang.

Menuntut balik media beritakan tidak sesuai fakta, ya ada salurannya. Bisa... Namun sesuai kode etik dan UU Pers, ada namanya hak jawab. Pihak yang dirugikan/diberitakan harus diberi ruang yang sama untuk menjelaskan atau mengklarifikasi.

Jika medianya bandel, ada Dewan Pers. Media yang bersangkutan disidang disana. Kalau melanggar ada sanksi. Jika yang diberitakan tetap belum puas, boleh ke ranah hukum. Lapor ke polisi. Tapi masyarakat lebih suka ke polisi daripada Dewan Pers.

Wartawan abal-abal, ini nih yang merusak citra wartawan.Kalau dia ngancam, minta duit, itu sudah pemerasan. Sudah pidana. Kalau perlu jebak aja. Siapkan duitnya, panggil oknum wartawan itu datang, siapkan polisi untuk menangkap, biar tertangkap tangan, ada barang bukti.

 

Menurut beliau masing-masing media ada aturan baku yang spesifik. Tapi pada umumnya, media sama melihat tulisan yang dikirim ke redaksi dari sisi : tema, isi, aktualitas, cara penyampaian, kepakaran dari penulisnya.

Ambil contoh koran Kompas.

Tiap hari ada rubrik tetap, sesuai bidang: hukum, politik, keuangan, kesra, olah raga dan lain-lain.Yang nulis juga dilihat latarbelakang penulisnya.

Menulis pendidikan, ya biasanya pakar pendidikan, dosen, prof, rektor dan lain-lain. Begitu bidang ilmu.lainnua

Aktualitas beritanya juga dilihat. Misalnya jelang Pilpres, Pilkada, tentu gak cocok kalau kita nulis soal pemilihan RT, Kades dan lain-lain. Kecuali jika studi komparasi. Misalnya, kita mengibaratkan Pilkada seperti pemilihan RT atau Kades, buktikan perbedaan dan persamaannya.

Karena kita di grup guru, saran beliau lebih pas jika kita menulis masalah pendidikan. Cari juga media yang menyiapkan rubrik pendidikan. Kan keren kalau misalnya judul artikelnya : "Kecenderungan Minat Siswa Belajar Daring di Karawang di Masa Covid-19" oleh Min Hermina, Guru SMPN 1 Cikampek.(Wow...namanya sekolahnya viral, penulisnya juga dicari. Siapa sih dia? Ciiieeeh..)

 

Wartawan adalah profesi. Dari profesi inilah beliau hidup dan menghidup anak istri. Kalau beliau ditanya apa hukumnya bekerja sebagai wartawan, ya tergantung bagaimana yang bersangkutan menjalaninya.

Bagi beliau, bekerja sebagai wartawan adalah bagian dari ibadah. Makanya, beliau  hindari menulis gosip.

Menurut beliau cara yang mudah dan cepat agar kita bisa langsung menuangkan ide dalam tulisan. Langsung ditulis. Bisa pakai kertas, bisa di komputer, bisa di hp. Beliau banyak di hp, lebih praktis, lebih cepat bisa dibawa kemana-mana, sambil tiduran.juga bisa.

Kalau idenya mandeg,  tulis aja apa yang terlintas. Kata orang Medan, libas...

Nanti kalau betul-betul macet, berhenti, tinggalkan, besok lanjut lagi, biasanya sudah ketemu kata yang macet itu. Atau cari literatur yang satu tema yang mau ditulis, biasanya sih ketemu...

Kalau di koran, redaktur bisa potong tulisan paling bawah jika kolom terbatas, ada iklan misalnya. Jadi tidak kehilangan aktualitas dari yang kita tulis.

 

Latihan yang berulang-ulang dan belajar dari tulisan yang viral,.banyak dibaca, Insya Allah akan membantu. Boleh dicoba.

Kepekaan terhadap lingkungan. Setiap informasi, dicek ulang, gak ditelan mentah-mentah. Itu sebabnya ada rumus baku : 5 W 1 H + S.

Salah satunya why, what, harus dijawab dulu setiap ada informasi. Jika tidak ada kesesuaian antara info dan fakta lapangan, nah itu menarik. Lalu sebelum ditulis, ada tambahan S tadi, security = keamanan. Baik penulisnya, keluarganya, kantornya, medianya, jika berita tersebut diturunkan tanpa crosscek.

Itulah bedanya dengan tulisan di media memakai bahasa populer, atau bahasa sehari-hari

Contoh tulisan Dahlan Iskan bos Jawa Pos. Persoalan kesehatan, kedokteran, dia bisa tulis dengan bahasa yang bisa dimengerti pembaca awam saat dia mengalami cangkok hati

Alm Bondan Winarno (Maknyous) dari Tempo. Sebelum rajin menulis kuliner, beliau penulis ekonomi dan manajemen, bahasanya sederhana, gak pakai istilah cas cis cus.

 

Tips menjaga konsistensi dalam dalam menulis

Harus dipaksa

Omjay, itu beliau menulis setiap hari.

Pak Thamrin Dahlan, yang sudah senior bilang, the old writers never gate tired (maaf kalau salah nulis, bukan kunci Inggris sih hehe..). Beliau terus menulis. Ada teman penulis novel, dia paksakan dirinya menulis 5 layar komputer setiap hari.

Jadi kalau terbiasa, sehari tidak nulis rasanya ada yang kurang. Terus lah menulis. Jangan takut salah, typo atau salah ketik, biarin aja. Nanti diedit belakangan.

 

Menurut beliau berikan tugas menulis berita di lingkungan sekitarnya dengan tetap menggunakan rumus 5 W 1 H

Misalnya bagaimana penanganan sampah di tempat tinggalnya, kesibukan tenaga medis dan upaya warga memutus rantai penyebaran Covid-19.

Atau, ambil satu format berita di media, lalu siswa mengakuti format itu disesuaikan dengan lingkungan dan fakta lapangan. Wawancara dengan pihak yang terkait. Itu sudah melatih siswa. Kalau gak jauh Lombok, beliau siap ngasih materi pengenalan jurnalistik untuk siswa. Waktu Neng Corona belum datang, beberapa kali beliau diminta SMK untuk itu.

 


KESIMPULAN :

Menulis itu harus dimulai. Namanya juga menulis. Ya TULIS sekarang juga.

Jangan biarkan mengendap di kepala. Kepala sudah penuh oleh beban pikiran dan beban hidup.

Anggun C Sasmi, penyanyi rock yang sudah go internasional. Ditanya wartawan, apa kunci sukses dia? "Kalau mau sukses, mandi aja dulu. Karena sukses, peluang dan rezeki, kita tidak tahu kapan datangnya"...

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar