Jumat, 04 September 2020

NEKATNYA JAMILA K BADERAN BERBUAH MANIS


PROFIL

Jamila K Baderan.

Dilahirkan di Sidodadi, tanggal 14 juni 1978 dengan nama lengkap Jamila K. Baderan. Biasa dipanggil dengan sapaan Mila. Merupakan anak pertama dari 3 bersaudara pasangan Bapak H. Abd. Razak K. Baderan (Alm) dan Ibu Hj. Anice Y. Sulingo.

Mengawali Pendidikan di TK Negeri Pembina Palu lulus tahun 1985. Menempuh pendidikan SD di SDN Tanamodindi II Palu lulus tahun 1991, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 8 Gorontalo dan lulus tahun 1994, selanjutnya ke SMK Negeri 1 Gorontalo lulus tahun 1997. Kemudian mengenyam pendidikan di Perguruan Tinggi Universitas Negeri Gorontalo untuk program studi D2 PGSD selesai tahun 2009, melanjutkan Strata 1 jurusan PGSD di Perguruan Tinggi yang sama selesai tahun 2011. Melanjutkan S2 di Program Pascasarjana UNG jurusan Pendidikan Dasar dari tahun  2016-2018. Selain aktif sebagai ketua KKG, juga aktif sebagai Ketua Bidang pada beberapa organisasi kependidikan seperti IGI Wilayah Prop.Gorontalo, Komunitas Guru Kreatif, GoSmart, dan juga sebagai trainer Office 365.

Sebagai seorang guru banyak kegiatan/lomba yang pernah diikuti, diantaranya :

1.      Juara I Guru Berprestasi Tkt. Kota Gorontalo tahun 2018

2.      Juara II Guru Berprestasi Tingkat Prop. Gorontalo tahun 2018

3.      Peserta 1000 Guru ke Luar Negeri yaitu Short Course Enhancing Primary/ Secondary Mathematics Learning In the STEM Environment di SEAMEO RECSAM Penang, Malaysia tahun 2019.

4.      Pemakalah pada beberapa Seminar baik secara Lokal, Nasional, maupun Internasional

Beberapa karya yang pernah di tulis diantaranya:

1.      Pengembangan Soal HOTS Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas VI SD (Jurnal Pedagogika, 2017)

2.      Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Model Pembelajaran Berbasis Soal Higher Order Thinking (Hot) Di Kelas VI Sdn No. 80 Kota Tengah Kota Gorontalo (Prosiding Sendimat VI, 2018)

3.      Kwartet Media Bermain dan Belajar (2018)

4.      Ekspektasi VS Realitas (2019)

5.      Design Thinking Meningkatkan Keterampilan Abad 21 dengan Konsep Merdeka Belajar (2020)

Itulah ketiga narasumber minggu ini yang akan membagikan ilmu dan pengalamannya kepada kita semua.

Berikut ini mereka yang sudah menerbitkan bukunya di penerbit andi Yogyakarta, yaitu:

1.      Belajar Semudah Klik: Membangun Ekosistem Ubiquitouse Learning dalam Konsep Merdeka Belajar (Theresia Sri Rahayu)

2.      Design Thinking: Meningkatkan Keterampilan Abad ke-21 dalam Konsep Merdeka Belajar (Jamila Baderan)

3.      Konsep dan Model Bimibingan Online dalam Konteks Perspektif Komunikasi Personal, Interpersonal, dan Impersonal (Mudafiatun Isriyah)

4.      Serba Serbi Digital Mindset: Siap Menghadapi Era Disrupsi Teknologi (Noralia Purwa Yunita)

5.      Digital Transformation: Berubah untuk Menguasai Dunia (Yulius Roma)

6.      Kelas Maya: Membangun Ekosistem E-Learning di Rumab Belajar (Eva Hariyati Israel)

7.      Digital Mindset dan Penerapannya salam Bidang Pendidikan (Mohamad Soni)

8.      Menyongsong Era Baru Pendidikan: Saatnya Guru Sadar Kompetensi TIK Berdasarkan UNESCO ICT Competency Framework for Teachers (Ditta Widya Utami)

9.      Literasi Digital ala Nusantara: Modal Meningkatkan Daya Saing para Generasi Penerus Bangsa (Musiin)

10.  Pengantar Konsep Dasar Design Thinking (Agus Yuwono)

 

Pengalaman Menulis Buku

Berbicara tentang  pengalaman menulis buku, beliau termasuk orang yang juga baru menekuni bidang ini. Memang sih, dulu sewaktu SD beliau pernah punya hobi menggambar dan bercita-cita menjadi seorang komikus. Namun entah mengapa cita-cita tersebut terbang entah kemana.

 

Suatu hari beliau terusik dengan postingan beberapa teman di FB. Diantaranya pak Alphian  dan bu Tere. Mereka rajin sekali posting cerita/artikel setiap hari. Pikir beliau saat itu, kok mereka mudah sekali mendapatkan ide dan menuangkannya dalam sebuah tulisan. Beliau juga ingin seperti itu. Rasa penasaran yang semakin memuncak tersebut kemudian menuntun beliau untuk bertanya ini dan itu.

 

Walhasil, gayung bersambut selang beberapa hari kemudian beliau mendapatkan postingan untuk bergabung di WA Grup Menulis Angkatan 5. Inilah awal beliau bertemu dengan Om Jay sang Inspirator. Melalui para narasumber hebat yang dihadirkan om Jay di setiap Webinar beliau banyak mendapatkan pengetahuan serta sharing pengalaman diantaranya Pak Dedi Dwitagama, Paman Apiq, Prof. Eko Endrajit, dan narasumber hebat lainnya.

 

Taklukkan Tantangan Tergila.

Menulis itu adalah pilihan. Bagi beliau pribadi, menulis adalah sebuah tantangan.

Pada awal bergabung di grup menulis, saya merasa begitu berat dan tak sanggup. Bukan karena tidak punya ide, tapi bingung harus mulai menulis dari mana. Untungnya Om Jay paling jago memberi kami tantangan menulis, beliau juga paling mengerti karakter kami dan selalu mampu memberi motivasi.

Pada hari Selasa, tepatnya tanggal 14 April 2020 Om Jay menghadirkan Prof. Eko Indrajit sebagai narasumber. Beliau sangat kagum dengan sosok prof yang satu ini. Selain cerdas, terkenal, dan super ramah,  bagi beliau pribadi Prof. Eko Indrajit adalah satu- satunya profesor yang memberi kami tantangan tergila. Sebab kami diberi tantangan menulis buku hanya dalam SEMINGGU dengan cara memilih salah satu tema yang ada di Ekoji Channel. Kami juga hanya diberi waktu semalam untuk mengambil keputusan. Besoknya sudah harus menyetor judul dan daftar isi (outline). Waduh, kebayang deh reaksi kami seperti apa saat itu.

Terima...tolak, terima nanti bagaimana, ditolak juga sayang. Ibarat orang mabuk asmara,  selama 2 hari beliau tak bisa tidur dan makan enak.  Akhirnya sampailah beliau pada kata NEKAT. Pada hari Jumat, 17 April 2020 dengan harap-harap cemas karena sudah telat dari dateline yang diberikan, beliau mencoba mengirim wa dan menyatakan kesanggupan beliau menerima tantangan Prof. Eko. Alhamdulillah beliau diberi kesempatan dan harus langsung menyerahkan bab 1 di hari Sabtu.

Konsekuensi dari NEKAT, beliau harus jatuh bangun berjuang "menaklukkan tantangan". Kalimat ini kemudian  diabadikan dalam salah satu judul bab buku "Design Thinking Membangun Generasi Emas dengan Konsep merdeka Belajar"

 

NEKAT BERBUAH MANIS

Konsisten dan fokus, kunci menuju sukses. Semua memang berawal dari kata "Nekat". Namun modal nekat tanpa konsistensi adalah nol besar. Beliau sudah membuktikannya. Bukan hanya dalam menerima tantangan menulis, tapi dalam pembelajaran dan keseharian hal inipun beliau lakukan.

 

Buku Design Thinking adalah salah satu bukti bahwa resiko terbaik dari sebuah kenekatan adalah penerimaan dan pengakuan.

 

Bagi beliau menulis harus didasari oleh 3 hal, yaitu : niat,  tekad, dan nekat.

Ketiga hal ini berkaitan erat dan saking melengkapi. Niat merupakan tujun yang ingin dicapai. Pencapaian yang maksimal membutuhkan tekad (keinginan yang kuat).  Dan untuk mewujudkan tekad tersebut kita harus nekat dalam arti memiliki keberanian.

 

3 hal dimaksud juga sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan keterampilan abad 21 peserta didik. Guru selaku agen perubahan harus mampu bersikap profesional baik dalam kapasitasnya sebagai tenaga pendidik, anggota keluarga maupun sebagai anggota masyarakat. Secara mendalam upaya tersebut dikupas tuntas dalam buku karya bersama Prof. Eko Indrajit.

 



Mewujudkan sebuah karya dalam waktu singkat tentu bukanlah hal yang mudah. Apalagi bagi beliau yang merupakan seorang penulis pemula. Tentunya banyak kendala yang beliau hadapi. Namun berkat niat, tekad dan nekat.  Alhamdulillaah karya tersebut termasuk sebagai salah satu karya yang lolos mulus di penerbit Mayor. Hal ini tentunya juga tidak terlepas dari bimbingan Prof. Eko yang sudah mendampingi kami dari awal, proses editing, hingga menghubungkan kami dengan penerbit mayor.

 

Trik menulis buku dalam seminggu yang beliau lakukan cukup simpel. Selain 3 hal yang sudah beliau ungkapkan tadi, kita juga harus fokus dan konsisten.

Intinya, tulislah apa saja yang terlintas dalam pikiran kita dengan sesegera mungkin. Jangan ditunda. Teruslah menulis. Abaikan masalah ejaan, tanda baca, dll. Selesaikan dulu hingga tuntas. Terakhir baru kemudian kita melakukan editing.

Untuk editing, kita bisa melakukannya sendiri (swasunting) atau meminta bantuan teman/orang yang ahli untuk melakukan editing.

 

Untuk ketentuan halaman itu tergantung dari pihak penerbit. Untuk penerbit mayor biasanya minimal 75 hal. Demikian pula halnya dengan jenis dan ukuran huruf. Sesuai ketentuan pihak penerbit.

Kemarin saat kami memenuhi tantangan menulis dalam seminggu, kami diminta untuk menulis buku  dengan jumlah halaman antara 100-200.

Beliau bahkan sempat tidak tahu mau menulis apa lagi, stugnan di 40 hal. sementara teman-teman sudah melaju pesat.

Yang beliau lakukan pada saat itu adalah berhenti menulis. Lalu beliau membaca literatur yang berkaitan dengan judul yang beliau ambil.

 

Prof. Eko mengatakan “kalau sudah mentok, saatnya cari buku referensi dan dengerkan youtube dari sumber lain sebanyak banyaknya”.

Beliau mengatakan “sudah  sumpek, blank, sesak nafas jadinya. akhirnya saya bawa enjoy saja.Menikmati musik juga merupakan salah satu treatment yang dapat kita lakukan untuk mengembalikan kesegaran, ide yang terbang entah kemana, plus meningkatkan imun”.

Prof. Eko mengatakan” inti menulis buku dalam seminggu adalah bukan kecepatan, tetapi FOKUS”.

 

Menurut beliau kesulitan terbesar beliau adalah mendapatkan referensi yang sesuai. Hal inilah yang pernah beliau dan teman-teman keluhkan kepada prof. Eko. Alhamdulillah prof. selalu memberi kami motivasi untuk terus fokus dan semangat. terima kasih prof atas bimbingannya.

 

Menurut beliau kiat mencari sumber referensi cepat tentunya melalui web browser. Kita bisa mendapatkan banyak buku referensi, maupun jurnal nasional dan internasional sesuai kajian kita.

Berikut Outline buku karya bersama Prof. Eko



Menurut beliau ntuk mendapatkan kiat yang cocok, kembali lagi pada gaya menulis kita. Pandai-pandailah memilih kiat yang sesuai. Memang kadang kita dikejar deadline, tipsnya adalah mampu membangun komunikasi yang baik.

 

Buku Design Thinking banyak bercerita tentang bagaimana seharusnya guru menjadi sosok profesional dalam menyiapkan generasi emas yang memiliki keterampilan abad 21. Untuk memenuhi tantangan tersebut, tentunya guru dituntut harus mampu berinovasi dan berkreativitas. Desing Thinking merupakan sebuah pendekatan yang dapat menuntun dan menjembatani pencapaian visi dan misi pendidikan Indonesia kearah yang lebih baik, maju, dan berkualitas.

Adapun referensinya selain dari Ekoji Channel, beliau juga mendapatkannya dari chanel youtube lain, buku dan jurnal hasil googling di berbagai web browser

 

Konsep buku Design Thinking adalah tentang bagaimana Guru berpikir desain agar mampu merancang pembelajaran yang bermakna terkait dengan usaha meningkatkan keterampilan abad 21 bagi peserta didik yang disiapkan sebagai generasi emas 2045. Buku ini diterbitkan dengan tujuan agar para pendidik dan tenaga kependidikan dapat membuka wawasan, bahwa inovasi dalam pembelajaran adalah salah satu kunci mewujudkan pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran tidak harus selalu dibatasi oleh ruang dan waktu, pembelajaran harus mampu membangun kompetensi menjadi sebuah potensi yang berkualitas. sasaran utama dari buku ini adalah guru dan tenaga kependidikan, termasuk di dalamnya para mahasiswa, dan praktisi kependidikan.

Makna buku ini tidak hanya sebatas format pemikiran, tetapi bagaimana aktualisasi nyata dari berpikir desain.

 

Sebelumnya beliau sudah pernah menulis buku tunggal dan diterbitkan oleh penerbit Indi, yaitu berjudul Kwartet Media Bermain dan Belajar, Ekspektasi Vs  Realitas (kumpulan puisi) serta beberapa jurnal.

Sebagai penulis pemula, beliau tentunya tidak pernah memikirkan gaya menulis. Beliau menulis sesuai kata hati dan apa yang terlintas dalam pemikiran beliau. Saat hendak presentase karya bareng teman-teman di depan prof. Eko, beliau paling deg-degan, gugup dan sempat tidak percaya diri. Beliau khawatir tulisan beliau adalah yang paling buruk. Sebab selama mengikuti grup menulis, tulisan beliau tidak pernah masuk kategori tulisan yang dishare om Jay, apalagi bisa mendapatkan gift/hadiah. Itulah sebabnya beliau menyatakan, bahwa menulis itu hanya butuh niat, tekad dan nekat. Selanjutnya harus fokus dan konsisten. Alhamdulillaah, beliau justru tahu gaya menulis beliau dari prof Eko. Terima kasih prof. sudah membimbing dengan ikhlas dan penuh kesabaran.

 

Dalam menulis buku, tentunya ada judul utama. Selanjutnya di pecah menjadi Bab, dan sub bab.

Pengalaman Menulis dan menerbitkan buku di penerbit mayor, Prof Eko meminta beliau dan teman-teman membuatnya dalam 6 bab, yang dipecah lagi menjadi beberapa sub bab

 

Menurut beliau transformasi kinerja guru selama pandemi tentunya tergantung dari sisi mana kita melihatnya. Segala sesuatu selalu ada plus minus. Bagi beliau, dilihat dari kompetensi, banyak guru-guru yang bertransformasi kearah yang lebih baik, misalnya terkait dengan kemampuan TIK. Jika sebelumnya hal ini dianggap hal yang tidak perlu/biasa saja, dengan adanya pandemi maka mau tidak mau guru harus mampu mengelola pembelajaran secara daring menggunakan berbagai aplikasi berbasis teknologi.  Guru juga jadi mahir membuat PPT, video pembelajaran, mengelola LMS, dll.

 

Menurut beliau menjaga konsisten memang menjadi hal yang sulit dilakukan. Untuk bisa konsisten, tentunya kita harus mampu dan pandai memanage waktu dan mood kita. Beliau termasuk orang yang menulis berdasarkan mood. Sehingga saat itu rasanya berat sekali menuntaskan buku dalam seminggu. Beliau bahkan pernah sehari tidak nulis, karena rasanya sudah suntuk, dan badan pegel semua karena kelamaan duduk, yang paling menghabiskan waktu adalah mencari ide apa lagi yang menjadi lanjutan tulisan kita. Cara yang beliau lakukan saat itu adalah melibatkan orang lain dalam proses mencari referensi, termasuk urusan mengetik beruntung beliau  punya anak yang besar (kuliah) jadi bisa dimintai tolong. Saat mereka sibuk mencari, beliau memanfaatkan kesempatan untuk rebahan sekaligus mengumpulkan ide-ide berikutnya. Jadi, untuk konsisten dengan waktu jangan sungkan  untuk melibatkan orang terdekat yang kita percayai.

 

Referensi yang sesuai dimaksud adalah buku/tulisan yang berkaitan dengan judul buku yang sedang kita tulis. Rata-rata, tema kajian yang Prof. Eko sampaikan di Ekoji Channel adalah isu-isu terbaru yang referensinya masih sangat minim. Kalaupun ada, biasanya tersedia dalam bahasa asing, sehingga untuk menjadikannya sebagai bahan referensi kita harus menerjemahkannya atau memahaminya dengan bahasa kita sendiri.

 

Jadi selain Ekoji Channel, beliau mendapatkan referensi dari buku-buku yang tersedia di perpustakaan pribadi beliau, buku-buku online lewat Google Books, jurnal dan buku di Google Cendekia. Untuk buku-buku  dan jurnal asing beliau carinya di Sciendirect.

 

KESIMPULAN :

Menulis adalah sebuah kegiatan yang berawal dari niat. Semakin kuat tekad kita mengawal niat tersebut, maka kita akan menjadi nekat. Nekat untuk menuntaskan tulisan kita, apapun, dimanapun dan dalam kondisi apapun.

Menulislah dengan hati, maka ide akan mengalir dengan sendirinya. teruslah menulis, dan jangan lupa bahagia.

 

 






 

6 komentar: