Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu. Emosi adalah reaksi terhadap seseorang atau kejadian. Emosi dapat ditunjukkan ketika merasa senang mengenai sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu. Wikipedia.
Guru adalah seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Wikipedia.
Sehingga dalam proses pembelajaran, guru selain menyampaikan informasi ataupun materi kepada peserta didik, maka yang perlu dipersiapkan pula adalah psikologi atau emosional seorang guru ketika berhadapan dengan peserta didik.
Nah, agar kemarahan kita tidak sampai membawa pengaruh buruk untuk kesehatan fisik, kita perlu mencari cara meredam emosi dengan cepat dan juga tepat. Maka sebagai seorang guru, kita perlu mencari kiat agar dapat mengendalikan emosi. Untuk itu, kita sebagai seorang muslim dapat berbuat dan meneladani sifat-sifat Rasulullah dalam mengendalikan emosi, sebagai berikut :
Pertama, Membaca isti’âdzah (doa mohon perlindungan) dari setan yang terlaknat.
Ketika guru marah kepada peserta didik atas sikap yang
telah dilakukan di kelas, sikap peserta didik yang tidak mau memperhatikan guru
saat menerangkan, atau bahkan membantah guru.Dalam pengendalian amarah atau
emosi, guru dapat membaca ta’awudz.
Diriwayatkan dari Sulaimân bin Shurd Radhiyallahu anhu berkata, “Aku pernah
duduk di samping Nabi saat dua orang lelaki tengah saling caci. Salah seorang
dari mereka telah memerah wajahnya, dan urat lehernya tegang. Beliau bersabda,
“Aku benar-benar mengetahui perkataan yang bila diucapkannya, niscaya akan
lenyap apa (emosi) yang ia alami. Andai ia mengatakan: a’ûdzu billâhi minasy
syaithânir rajîm, pastilah akan lenyap emosi yang ada padanya [HR. al-Bukhâri
no. 3282, Muslim no. 2610].
Kedua, Mengambil air wudhu
Apabila dengan membaca ta’awudz, seorang guru belum dapat
mengontrol emosinya terhadap peserta didik yang bertingkah keterlaluan, maka
yang perlu dilakukan guru adalah meluangkan waktu sebentar keluar kelas untuk
berwudhu.
Rasulullah
bersabda:
“Sesungguhnya amarah itu dari setan dan setan diciptakan dari api. Api akan padam dengan air. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaknya berwudhu.”(HR. Ahmad 17985 dan Abu Daud 4784)
Ketiga, Menahan diri dengan diam
Apabila kondisi peserta didik sulit untuk dikendalikan maka yang perlu
dilakukan guru adalah diam. Mendiamkan
peserta didik sejenak, bukan malah mencaci peserta didik. Disaat kesadaran kita
berkurang, jagalah lisan baik-baik, jangan sampai lidah tak bertulang
menjerumuskan kita ke dasar neraka. Berdiam untuk menghilangkan marah dijelaskan
pula oleh Rasulullah sebagaimana dalam hadits:
إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْكُتْ
“Barang siapa marah, hendaknya diam (dulu)”( HR. Ahmad dan Syuaib Al-Arnauth menilai Hasan lighairih).
Keempat, Merubah posisi dengan duduk atau berbaring
Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
“Jika salah seorang dari kalian marah saat berdiri, hendaknya ia duduk, kalau belum pergi amarahnya, hendaknya ia berbaring.”(HR. Ahmad 21348, Abu Daud 4782 dan perawinya dinilai shahih oleh Syuaib Al-Arnauth).
Kelima, Mengingat-ingat keutamaan orang
yang sanggup menahan emosi dan bahaya besar yang timbul dari luapan amrah yang
akan dijauhkan dari taufik.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
“Barang siapa menahan amarahnya padahal mampu meluapkannya, Allah akan memanggilnya di hadapan para makhluk pada hari Kiamat untuk memberinya pilihan bidadari yang ia inginkan.”(HR. Abu Daud, Turmudzi, dan dihasankan Al-Albani)
Semua kesalahan dan karakter peserta didik dapat dijadikan pembelajaran untuk menjadikan proses pembelajaran dan pendidkan lebih baik lagi. Maka sebagai guru kita tidak boleh berputus asa dalam menghadapi karaker peserta didik yang bermacam-macam dan perilaku peserta didik yang keterlaluan dalam melakukan kesalahan, yang seringkali membuat guru tersinggung hingga marah.
Maka dalam hal
ini guru harus bersabar dan mampu mengendalikan diri, agar dapat mempertahankan
kualitas kita sebagai guru serta ilmu yang di sampaikan kepada peserta didik
menjadi berkah. Dengan meneladai sifat Rasulullah terutama dalam mengontrol
emosi, semoga kita sebagai orang tua ataupun guru dapat memperoleh keberkahan
dalam mendidik serta dapat menjadi contoh yang baik bagi peserta didik.
Referensi :
Menulis di Blog Jadi Buku
Salam berbagi, belajar, memotivasi dan menginspirasi
Juni Marlinda Rambe
Blog https://rambejunimarlinda85.blogspot.com
NPA PGRI : 02.18.02.0810
Terimakasih tipsnya Ibu Juni
BalasHapus