Sumber gambar dari canva.com
Wahai para pendidik, bila kita ingin berhasil dalam
mendidik anak maka hendaknya pertama kita mendidik diri kita sendiri dengan
komitmen terhadap ajaran Islam yang berkaitan dengan pendidikan dan sunnah
nabi. Karena Nabi Muhammad SAW merupakan teladan terbaik dan utama bagi orang
tua dan pendidik serta seluruh kaum muslimin.
“Sesunggunya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu(yaitu) bagi kamu yang mengharap(rahmat) Allah dan RasulNya dan (kedatangan) hari kiamat."[Q.S Al- Ahzab : 21]
Menurut Al Maghriby bin As Sayyid Mahmud Al Maghriby dalam kitab bertajuk “Kaifa Turabbi Waladan Salihan”, sikap yang harus dimilkiki sorang pendidik ideal :
PEMAAF DAN MURAH HATI
Dalam Riwayat
muslim 17,18 dan dikeluarkan Abu Dawud 5225
“Sesungguhnya pada dirimu terdapat dua sifat yang dicintai Allah, Al Hilm
(pemaaf) dan Anah (murah hati)”
Oleh sebab itu seorang pendidik harus menjadi pemaaf dan murah hati apapun yang dilakukan oleh seorang anak. Maka hendaklah menjadi seorang pemaaf dan jangan memberi sanksi kepada anak dalam keadaan marah. Pergaulilah anakmu dengan penuh kasih sayang dan kelembutan. Terimalah apa adanya tidak menuntut yang paling ideal. Luruskan tingkah lakunya, perbaikilah dan didiklah dengan etika dan adab yang baik.
LEMAH LEMBUT DAN MENJAUHI DARI SIFAT KASAR
Dari
Jarir bin Abdullah berkata aku mendengar Rasulullah SAW bersabda.
“Barangsiapa
yang tidak diberi sifat kelembutan maka ia tidak memiliki kebaikan sama sekali.” (HR. Muslim 2592)
Lemah lembut dan mempermudah masalah bukan berarti berlebihan dalam memanjakan anak sehingga hal itu akan menjadi faktor paling berbahaya dalam menghancurkan akhlak, jati diri dan kepribadian anak. Kebanyakan para pemuda yang rusak dan nakal yang tidak memiliki tujuan dan prinsip hidup, berasal dari sikap manja dan tidak serius dalam mendidik anak.
Maka sikap manja yang berlebihan akan berakibat fatal pada masa depan anak dan
menyengsarakan keluarga bahkan menyusahkan semua anggota masyarakat sehingga
akan hidup dalam kehancuran, kesesatan dan berada dalam kehidupan tanpa
pegangan dan prinsip serta tujuan yang jelas. Jadi, seorang pendidik hendaknya
menyeimbangkan antara sikap lemah lembut dan sikap tegas.
BERHATI PENYAYANG
Sifat penyanyang harus dimiliki oleh setiap pendidik yang menginginkan keberhasilan
dalam mendidik anak.
Dari Ubadah bin Shamith bahwa Rasulullah SAW bersabda.
“Bukan termasuk umatku orang yang tidak menghormati yang tua, tidak menyanyangi
yang kecil dan tidak mengenal hak orang alim.” (Hasan
Riwayat Imam Ahmad (5/323) Ath Thabrani 8/167,232) Shahih Jami’2/5444)
KETAKWAAN
Takwa merupakan kekayaan hakiki yang harus dimiliki oleh setiap para
pendidik untuk diwariskan kepada anak cucunya, diajarkan dan ditanamkan kepada
mereka serta menjadi perhatian paling utama dan serius bagi seluruh orang tua.
Hendaklah orang tua atau pendidik, jangan hanya bisa membuka rekening di
berbagai bank, mengumpulkan beberapa bidang tanah dan membangun apartemen untuk
diwariskan kepada anak cucunya, akan tetapi yang lebih mulia dari itu semua
adalah ketakwaan kepada Allah SWT yang telah memberikan kepada kita tanggung
jawab untuk memelihara anak-anak kita dari api neraka sebagaimana firman Allah.
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." [Q.S.At Tahrim : 6]
Barangsiapa yang tidak sayang terhadap dirinya maka sebagai orang hendaklah sayang kepada anak-anaknya, dengan berbuat baik kepada orang tua agar putera-puterinya diberi taufik Allah SWT berbuat baik kepadanya sehingga mereka terjauh dari durhaka kepada kedua orang dan terhindar dari murka Allah.
MENJAUH DARI SIKAP MARAH
Abu Hasan berkata,” Begitulah seharusnya sikap pendidik agar mampu menghasilkan
anak didik yang bagus dan handal maka tidak boleh seorang pendidik memberi
sanksi kepada anak hanya karena ingin melampiaskan dendam dan amarah dalam
dada. Dan bila hal itu terjadi berarti
anda telah menjatuhkan hukuman kepada putera-puteri kaum muslimin untuk
memuaskan hati belaka dan demikian itu jelas tidak adil”.
BERSIKAP ADIL DAN TIDAK PILIH KASIH
Adil dalam mendidik anak merupakan pilar utama pendidikan dalam islam yang tidak boleh tidak. Karena langit dan bumi tegak hanya di atas keadilan. Hendaknya orang tua bersikap adil dan tidak mengutamakan satu dengan yang lainnya di antara putera-puterinya baik dalam masalah materi seperti pemberian, hadiah atau dalam masalah non materi seperti kasih sayang, perhatian dan kecintaan. Perasaan cinta secara adil antara anak akan menciptakan kehidupan saling tolong menolong serta perhatian kepada orang lain, sehingga anak akan tumbuh besar jauh dari sikap egoisme, keakuan dan senang menyendiri serta merasa paling hebat di antara yang lain. Bahkan anak tubuh besar membaa kebiasaan gemar mengutamakan orang lain dan tidak suka menciptakan pertengkaran di antara teman-teman dan saudaranya hanya karena masalah sepele. Maka bersikap adil dan tidak pilih kasih merupakan akhlak mulia yang diperlukan dalam segala urusan.
Dari Nu’man bin Basyir Radhiyallahu
‘anhu bahwa bapaknya datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama
anaknya lalu ia berkata,” Saya memberi anakku ini suatu pemberian”. Maka
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,” Apakah engkau memberikan
kepada setiap anakmu seperti itu? Ia menjawab:,”Tidak”. Maka Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Minta kembali pemberian itu dan
bertakwalah kepada Allah dan bersikaplah adil antara anakmu”
Para pendidik harus bersikap adil di antara anak-anak dan tidak bersikap diskriminasi sesama anak baik dalam masalah sepele atau besar, karena sikap demikian akan mencipkan kebencian dalam dada dan menumbuhkan benih kedengkian dan kekecewaan serta menyebabkan sifat pengecut, takut, tidak percaya diri, putus asa dalam hidup dan suka menodai hak orang serta membangkang. Bahkan akan menimbulkan berbagai macam penyakit kejiwaan, perasaan rendah diri dan dekadendi moral dan keganjilan prilaku dalam hidup.
Kita sebagai pendidik, ketahuilah boleh jadi ada anak baik sementara tumbuh
besar dari tengah-tengah kesesatan dan penyelewengan akhlak. Bahkan ada anak
yang baik tumbuh dari keluarga yang tidak mengenal agama atau keluarga yang
beragama sesat. Dan terkadang ada orang yang berusaha dengan sungguh-sungguh
untuk mendidik anak ternyata mengalami kegagalan. Maka ketahuilah hidayah dan
taufik hanya datang dari Allah sehingga tugas kita hanya berusaha dan ikhtiar
dengan disertai sikap tawakkal kepada Allah karena Dialah yang menentukan semua
hasil usaha.
Wahai sahabatku, berusahalah dengan sekuat tenaga untuk
memberi contoh dan teladan baik bagi anak-anak kita karena tingkah laku
merupakan cerminan hati maka hendaklah anak-anak kita selalu melihat kebaikan
dari semua urusanmu sekecil apapun sebab mendidik para pendidik lebih utama
karena itu sangat menentukan hasil usaha karena orang tidak mempunyai sesuatu
tidak akan bisa memberi maka agar tidak tidak dicela oleh zaman, tempat dan
kesulitan serta musuh maka hendaknya kita harus mendidik diri secara baik.
Referensi
https://almanhaj.or.id/2985-pendidik-ideal.html
Menulis di Blog Jadi Buku
Salam berbagi, belajar, memotivasi dan menginspirasi
Juni Marlinda Rambe
Blog https://rambejunimarlinda85.blogspot.com
NPA PGRI : 02.18.02.0810
Tidak ada komentar:
Posting Komentar