Minggu, 28 Juni 2020

BERBAGI PENGALAMAN MENERBITKAN BUKU


PROFIL

SISKA DISTIANA

Lahir di Klaten, 12 Desember 1985

Ibu dari dua orang putri

Saat ini working at home sebagai content writer dan freelance editor

Kontak 081329724184

siskanulis@gmail.com

@siskadistiana

RAGAM TULISAN NON FIKSI

Mengapa sih kita menulis?

Kalau di konteks agama Islam Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda: Qoyyidul ‘Ilma bil-kitabi artinya ikatlah ilmu dengan tulisan .

LET’S WRITE !

·         Knowledge management (pengelolaan pengetahuan sebuah lembaga Yayasan ataupun sebuah organisasi sebuah perusahaan itu harganya mahal sekali )

·         Copyright mislestone (dalam konteks pribadi adalah muaranya untuk mengelola pengetahuan kita agar agar menjadi seperti jejak langkah kita dengan tulisan itu kita bisa bercerita kepada orang)

·         Paten (ilmu yang kita punya itu ada dalam rangka untuk mematenkan gagasan kita)

NON FIKSI

·         KBBI : yang tidak bersifat fiksi, tetapi berdasarkan fakta dan kenyataan

·         Karya informatif, dimana penulis bertanggung jawab penuh atas kebenaran dan akurasi informasi yang disajikannya.

RAGAM NONFIKSI ( yang bisa kita tulis dengan cepat dan mudah )

1.      Berita : cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa hangat

Teknik menuliskan berita :

·         Hard News : berita to the point, tidak bertele-tele, lugas singkat


·         Feature : Artikel Kreatif dan informatif dan menghibur.( tulisan yang berisi informasi tentang sesuatu hal, tujuannya adalah untuk menambah pengetahuan pembaca, isinya murni informasi, dalam bahasa populer sering pula disebut dengan “artikel feature”.



2.      Esai : Menurut beliau esai itu sama seperti opini di media massa. Bisa coba lihat di koran pada kolom opini. Ketika mau menulis esai, kita tentukan dulu topik apa yang mau kita tanggapi. Kemudian uraikan tanggapan kita seperti apa. Terakhir cari referensi yang terkait jika diperlukan.

Karangan prosa yang membahas masalah sepintas lalu dari sudut pandang pribadi penulisnya.

Contoh Esai :

3.      Catatan Perjalanan : tulisa tentang proses sebuah perjalanan atau ulasan tentang apa yang ditemui dalam perjalanan tersebut.

Misal, ulasan mengenai tempat yang dikunjungi, budaya daerah, makanan khas, dan seterusnya. Contohnya bisa lihat https://wiediesta.wordpress.com/2019/12/07/arigato-tokyo/

https://www.hipwee.com/travel/mengintip-sejarah-budaya-batak-di-t-b-silalahi-center-balige-tobasa/

4.      Best Practice : tulisan tentang pengalaman terbaik dalam menyelesaikan suatu permasalahan, biasanya dibuat oleh para pendidik atau mereka yang terlibat dalam dunia pendidikan, selain sebagai lesson study, produk tulisan best practice juga bisa menjadi masukan bagi pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan.

Contoh Best Practice :


Menurut beliau tentang menulis fiksi, pertama, perlu banyak membaca karya fiksi juga untuk memicu otak kita berimajinasi dan membangun cerita yang menarik.

 

Terkadang saat hendak menulis fiksi kita ingin menyajikan konflik yang menarik agar pembaca bisa menikmati karya kita. Nah, saking ngêbêt-nya untuk itu, kita suka berpikir jauh dan mengawang-awang, akhirnya kadang tersesat.

 

Maksudnya tersesat pada konflik yang kita tidak pahami. Nah, tips berikutnya adalah, ambil konflik dari keseharian kita dan hal-hal yang dekat dengan kita. Misal, saya seorang ibu rumah tangga, maka jalan cerita yang saya bangun, konfliknya, ya tidak jauh dari kehidupan berumah tangga

Suka menulis fiksi ya? Monggo mampir ke halaman Beliau https://www.storial.co/book/mencari-bahagia/

Dalam artikel informatif biasanya kita menyampaikan informasi atau pengetahuan kepada khalayak tentang suatu hal. Misal bagaimana cara mengajar dengan menyenangkan.

 

Menurut beliau , seharusnya bisa dapat nilai dalam PAK, melalui tulisan bisa mengarahkan khalayak tentang sesuatu. Juga bisa menjawab permasalahan khalayak terhadap sesuatu. Misal, beliau membutuhkan informasi tentang bagaimana mendampingi anak belajar. Kemudian digoogling, nemu tulisan tentang itu. Jika dipraktikkan dan kemudian berhasil, maka itu berarti sudah membantu kita menyelesaikan masalah.

Kemudian di mana bisa dipublikasikan, saat ini media massa mainstream (Kompas, Republika, Tempo, dan lain-lain) sudah membuat wadah jurnalisme warga, seperti Kompasiana (milik Kompas). Di sana kita bisa menulis tentang apa saja, selama itu baik dan informatif. Cara mendaftarnya pun mudah dan gratis. Bisa buat akun di sana, kemudian tuliskan artikel informatif yang di tulis. Kemungkinannya besar untuk dibaca khalayak jika topik yang kita angkat bersifat umum dan informatif.

 

Ini alamat kompasiana www.kompasiana.com

Bagaimana menulis berita yang baik? Pertama harus terpenuhi dulu semua unsur beritanya. Apa itu? 5W+1H (Who, What, When, Where, Why, dan How).

Jadi sebuah berita harus bisa menceritakan siapa melakukan apa, kapan dan di mana dilakukannya, mengapa melakukan itu, dan bagaimana ia melakukannya.

 

Kedua, ada nilai aktualitas dan faktualitas dalam berita. Aktualitas itu kecepatan berita ditayangkan. Jadi makin cepat sebuah peristiwa diangkat menjadi berita dan ditayangkan/dimuat, akan lebih diminati khalayak.

Kemudian faktualitas, ini bicara tentang kebenaran. Jadi sebuah berita harus benar-benar berdasarkan peristiwa nyata. Makin dekat sebuah berita dengan keseharian khalayak, biasanya akan makin diminati. Misal, Pak Edi menuliskan berita tentang seorang guru biologi di Aceh yang berhasil menemukan formulasi vaksin corona. Nah, Rekan-rekan guru lain pastilah akan tertarik untuk membaca itu daripada membaca tentang fashion show yang digelar di New York.

 

Terakhir, kemampuan menulis kita berbanding lurus dengan kemampuan membaca, beliau selalu percaya itu. Jadi, makin banyak membaca berita, maka akan lebih mudah memproduksi diksi kata yang menarik pada naskah berita.

Institusi pemerintah yang menangani Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), ada Dirjen Kekayaan Intelektual https://www.dgip.go.id/

Tantangan kerja CW, berkejaran dengan deadline. Namun pelajaran berharga yang beliau dapatkan dari sana adalah konsistensi menulis dan mengatur waktu.

 

Pertama dan paling banyak terjadi adalah kesalahan teknis penulisan (kata tidak baku, tidak sesuai PUEBI, salah ketik, dan sebagainya). Kedua, kesalahan substansial biasanya berkisar antara kurangnya penjabaran pada "how to"-nya alias bagaimana cara menyelesaikan permasalahannya. Atau kurang menjabarkan metode yang digunakan.

 

Saat ingin tahu kondisi Indonesia dan dunia saat ini, tentu orang-orang akan baca berita.

Ketika galau membutuhkan referensi atau informasi tentang sesuatu, mereka akan googling dan mencari artikel informatif.

Pas punya ide atau gagasan terhadap sesuatu, dan ingin mencari pendukung, biasanya orang akan baca esai-esai terkait.

 

Menurut beliau, kemampuan menulis kita berbanding lurus dengan kemampuan membaca. Makin banyak baca maka akan makin banyak juga kosa kata yang kita punya. Selain itu kita juga belajar bagaimana membangun tulisan/karya. Dengan demikian kita akan lebih lancar menulis.

KESIMPULAN :

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadiaan”. ( Pramoedya Ananta Toer )


Tidak ada komentar:

Posting Komentar