Kamis, 07 Mei 2020

MENULIS DENGAN 4R,CATATKAN SEJARAH

Profil Farrah Dina, M.Sc

http://www.tanggaedu.com





Kenapa terbitkan buku catatkan sejarah?

Seorang filosof Decrates mengatakan bahwa membaca buku sama saja untuk berbicara dengan orang-orang bijak di masa lalu dan pastinya setiap manusia ingin dikenal dalam sejarah dan ingin mencatat sebuah sejarah, karena itu apa yang bisa kita tinggalkan adalah buku.

Tentu menerbitkan buku adalah salah satu jalan bagaimana pikiran kita, apa yang kita ungkapkan, perasaan kita itu akan abadi hingga sepanjang masa.

Permasalahannya menerbitkan buku dengan membuat buku adalah dua hal yang berbeda, membuat buku bisa dilakukan siapa saja dan bahkan menerbitkan buku pun saat ini bisa dilakukan siapa saja tapi menerbitkan buku, kemudian ke penerbit-penerbit besar adalah sebuah akibat dari sebuah karya yang baik. Jadi, jangan jadikan itu sebagai awal tujuan atau rencana, jadikan itu sebagai tantangan. Tetapi yang paling penting adalah bagaimana kita menulis dan menuangkan pikiran kita, karena kita ingin diingat sepanjang masa.

Penerbitan adalah sebuah akibat sebagai sebuah tulisan yang ingin diterbitkan saat ini, caranya banyak sekali dan sangat mudah, yang paling penting adalah sebenarnya bagi pembaca penulis itu adalah hadir di setiap pembaca, hadir tidak selalu dalam bentuk buku, kita tulis tulisan kita di mana-mana misalnya media sosial, kemudian di penerbit. Itu sangat mudah. Jadi kalau karya itu memang baik, karya itu dibutuhkan, karya itu memang sesuai dengan apa  yang menjawab permasalahan, dalam hal ini maka mudah diterbitkan.

Yang menjadi faktor utama adalah bagaimana kita mulai membuat karya lalu mengasahnya menjadi sebuah Intan menjadi sebuah berlian yang nantinya akan sangat bermanfaat bagi masyarakat dan pasti sebagai akibat akan segera diterbitkan.



Menulis dengan 4R  yaitu :

1. Renjana
2. Rutin
3. Review
4. Ruang bagi pembaca

Pembahasan
1. Renjana
            Rencana itu adalah fashion.Fashion adalah sesuatu yang amat sangat menarik buat kita, sesuatu yang menjadi pemikiran kita, sesuatu yang menjadi hal-hal yang kita lakukan itu terasa mudah dan nyaman hingga menyenangkan.
Jadi mulailah sesuatu yang memang sesuai dengan rencana kita, lalu kalau kita suka novel maka kesan kita pun cenderung pada fiksi, tapi kalau kita suka penelitian maka penulisan kita lebih cenderung kepada non fiksi. Apapun itu mulailah dari sesuatu yang memang kita kuasai dengan baik, kenapa? karena dengan begitu akan mengalir kata-katanya akan mengalir semuanya dengan mudah, cara paling mudah untuk kita memotivasi diri.
Menulis adalah bagaimana kita bisa sukses melakukan sesuatu. Banyak sekali Bapak Ibu yang cerita kepada beliau, yakni saya ingin putus asa karena satu teks pun tak akan ada yang jadi, tidak sampai tuntas, lalu di tengah jalan berhenti. Itu sebenarnya hal yang wajar dilakukan atau dialami siapa saja, tapi jika itu terus-terusan terjadi sampai akhirnya sama sekali tidak akan ada hasil yang dilakukan, maka itu adalah sebuah masalah. Ketika ditelusuri Ternyata apa yang ia tulis berawal dari sesuatu yang sebenarnya tidak mudah bagi dirinya, sesuatu yang dipaksakan.

Apa sih renjana itu ? 
Menurut beliau ini triknya
Apa itu buku anak, buku anak juga saat ini sangat dibutuhkan, kemudian Apakah bentuknya penelitian. Tapi itu semua bagaimana kita membuat penelitian itu menjadi sesuatu yang popular, kemudian apakah bentuknya memotivasi diri, apakah bentuknya keagamaan dan sebagainya. Yang pertama Tentukan renjana kita, tapi jangan susah-susah, jadi jangan dipikir aduh saya nggak tahu rencananya pada akhirnya tidak di mulai-mulai, lakukan yang menurut kita paling mudah, kita suka makan buat video makan, kita suka membaca buat  review membaca, kita suka menonton YouTube buat review tentang YouTube, jadi apapun yang mudah.
Awalnya beliau menulis buku pendidikan untuk orang tua dan guru. Itu memang sebuah sesuatu yang dipaksakan oleh mentor beliau waktu itu, sehingga beliau menulis sama, kemudian diterbitkan. Kemudian setelah itu yang menjadi renjana beliau adalah bagaimana menulis buku anak, tentu karena pengalaman pribadi mencari buku sulit untuk anak beliau sendiri dan buku-buku yang berkualitas. Itupun kalau diterjemahkan ada konteks kesan tidak tepat sehingga renjana sangat menjadi fashion beliau bagaimana menciptakan buku-buku anak berkualitas tapi terjangkau, ini dari ide-ide sederhana jadi besar, tapi bisa mempunyai dampak yang luar biasa kepada anak-anak Indonesia itu akhirnya menjadi titik bagaiman beliau fokus ke sana. Pertama dari sekarang sudah menyiapkan buku untuk reading program bagi anak-anak di sekolah secara komprehensif, tapi karena adanya pandemi ini, jadi belum (tertunda) dulu untuk penerbitannya.

2.  Rutin
Menurut beliau rutin ini kuncinya nya, rutin itu bukan hanya rutin menulis tapi lebih penting lagi adalah rutin membaca, Kenapa? dengan rutin membaca itu akan menjadi yang otomatis, sehingga kitapun akan merekam apa yang kita lihat, apa yang kita alami, kita ingin menjadi sebuah bahan bacaan. Sehingga kita akan termotivasi untuk menulis .ketika kita membaca akan penuh kantong dikepala kita yang ingin keluarkan dalam bentuk tulisan karena yang kosakata membaca tidak sama dengan kosakata lisan. Jadi, kosakata membaca kecenderungannya adalah berkaitan dengan kosakata menulis, jadi demikian halnya kosakata lisan. Jadi jika kita mendengar, kita inginnya mengungkapkan kembali, membicarakannya kembali, tetapi jika kita membaca, kita ada keinginan membuat bentuk tulisan yang lain. Usahakan apapun genre bukunya kita baca, tetapi kalaupun kita tidak punya waktu banyak, sesuaikan genre yang akan kita tulis dengan genre yang dibacanya, kemudian kita rutin menulis.
 Dengan menulis kapanpun, di mana saja,adalah rumus dari penulis hebat. Mereka selalu menyiapkan waktu khusus dan tempat khusus untuk terus menulis, sehingga yang terpendam dalam otaknya, ketika dia di waktu itu dan di tempat itu, itu adalah saatnya dia mengeluarkan tulisannya. Itu di setiap orang mempunyai beda-beda kebutuhannya, tetapi juga jangan menjadi tergantung akan hal itu. Tapi membentuk sebuah rutinitas itu perlu untuk adanya place dan time untuk melakukan kegiatan menulis itu. Jadi menulis itu bisa dimana saja, kapan saja dan tentang apapun. Jadi setiap kita melihat sesuatu hal yang menarik. Apapun itu, ada orang cara berpakaiannya berbeda, ada orang yang melakukan sesuatu.  Anda belum sempat menulis, tapi rekam itu di handphone. Banyak sekarang aplikasi Note di handphone, jika kita dalam perjalanan, kita tidak bisa menulis maka kita gunakan handphone kita sebagai recorder, karena kita harus mengumpulkan bank-bank cerita itu sehingga kita ada waktu untuk menulis kita menulis. Kita akan mereview bahan cerita itu harus detail, karena pada saat kejadian pada hari ini sedangkan kita baru sempat menulis 1 bulan kemudian, maka itu akan terlupa oleh kita. Tapi cukup dengan mengungkapkan detailnya, perasaannya, peristiwanya, bagaimana buatnya, seperti apa, bukannya hanya yang tampak pada mata tapi emosi.

Orang yang memendam akan kalah dengan orang yang mengungkapkan,
Orang yang menunggu akan kalah dengan orang yang melakukan.

Jadi untuk itu harus dilakukan, tidak memendam, kemudian jangan menunggu, tapi melakukan.
Dengan rutinitas beliau punya banyak bank – baank kisah dan bank – bank tokoh ,bank - bank situasi, kemudian skenario itu bisa digunakan ke mana-mana, dan nanti bisa digunakan dimana saja.


3. Review
            review adalah setelah kita punya kumpulan maka review proses tersulit dan terpanjang .Lakukan semua yang ingin ditulis, tidak perlu diedi,t tidak perlu dilihat nama tokohnya, tidak perlu dilihat lagi peristiwanya, logikanya, alurnya, tulis dulu, biarkan ide flow biarkan ide mengalir. Kemudian review itu kita lakukan setelah itu semua, kita lihat tokohnya, kita lihat detailnya, kita lihat kalau itu buku nonfiksi kita lihat word font-nya misalnya kita lihat alur berpikir nya itu yang akan direview.
Review ini penting untuk  melihat partner kita.
Apa sih yang kita tulis misalnya beliau menulis buku panduan program membaca yang sebentar lagi akan terbit karena ada pandemi ini, maka tertunda sebentar Insyaallah akan terbit akan reading program bagi guru-guru. Itu akan detail pada saat itu audiensnya siapa, maka yang dibutuhkan apa, kita butuh pengaplikasiannya tetapi jika butuh alasannya dibalik pendekatan-pendekatan tidak terlalu banyak, karena yang ditulis bukan buku ilmiah tapi buku popular.Sebaliknya, jika mungkin rencana yang akan dilakukan penelitian paling tidak melakukan penelitian kelas atau misalnya karena kita menyelesaikan pendidikan misalnya S1, S2 dan S3 berkutat terus dengan pendidikan.  Maka otomatis akan timbul pemahaman yang sangat mendalam tentang hal itu dan ingin sekali menuliskannya kembali, tetapi kuncinya adalah ketika kita menuliskan penelitian,maka jangan itu menjadi semacam sebuah penelitian yang kita buat untuk jurnal, tapi itu popular. Karena sering bisa melihat buku-buku yang inspirasi dari penelitian, isinya adalah bermacam-macam, dari bermacam-macam pustaka-pustaka tapi ambil angle dimana itu menjadi sesuatu yang populer. Karena kita itu terbitkan ingin nya itu adalah sesuai yang populer jadi misalnya sesamanya adalah guru atau sasarannya adalah orang tua atau murid adalah sesuatu yang anti kebal yang dekat dengan kehidupannya. Jadi penelitiannya kuat karena menjadi latar belakangnya. Tapi bagaimana penulisannya harus diupayakan untuk popular, itu yang di review pada saat diri kita akan masuk poin 4R terakhir yaitu ruang bagi pembaca.

4. Ruang bagi  pembaca
Menurut beliau ketika review jangan jadikan review kita sudah cukup, pasti kita anggap itu sudah bagus. Tapi jadi kan itu penting . Review dari pembaca yang kita tuju, kalau itu buku anak-anak maka pembacanya adalah anak-anak, kalau itu buku untuk guru maka pembacanya adalah untuk guru, kalau itu buku untuk orang tua maka pembacanya orang tua ruang. Bagi pembaca artinya bukan kita meminta mereka untuk membaca kemudian kita mengharapkan sisi positif, tetapi justru yang kita harapkan adalah feedback negatif apa yang harus diperbaiki, apa yang tidak mereka suka, apa yang mereka anggap itu sulit, apa yang mereka anggap itu tidak menarik ,itu yang justru lebih penting sehingga kita kemudian memperbaiki.
Walaupun ruang pembaca ini penting, jangan sampai menghilangkan jati diri penulis. Contoh paling mudah adalah buku anak-anak. Setiap ingin menulis buku anak pasti dibaca dulu oleh anak usia sekarang  di banyak tempat, kemudian banyak hal direview yang mana bagi mereka itu hal-hal tidak kita pikirkan. Bagi kita sudah oke, ternyata bagi mereka punya pola pikir yang berbeda, pengungkapannya juga berbeda. Begitu juga dengan buku-buku pendidikan, misalnya buku untuk orang tua dan sebagainya. Untuk itu perlu review bagi ruang pembaca, itu penting bagi penulis. Seorang penulis tidak ada artinya tanpa hadirnya pembaca, maka hadirnya pembaca menjadi penting. Maka itu di share di medsos, kemudian meminta keluarga kita, untuk membaca. Anak kita untuk membaca. Itu adalah hal yang penting, karena dengan adanya kepuasan dalam membaca, itu yang membuat kita termotivasi.


Kesimpulan :
·    Seorang filosof Decrates mengatakan bahwa membaca buku sama saja untuk berbicara dengan orang-orang bijak di masa lalu dan pastinya setiap manusia ingin dikenal dalam sejarah dan ingin mencatat sebuah sejarah, karena itu apa yang bisa kita tinggalkan adalah buku.
·         Menulis dengan 4R  yaitu :
1. Renjana
2. Rutin
3. Review
4. Ruang bagi pembaca
·        Orang yang memendam akan kalah dengan orang yang mengungkapkan,
Orang yang menunggu akan kalah dengan orang yang melakukan.

Selasa, 05 Mei 2020

MENULIS DALAM KESIBUKAN




Profil Much. Khoiri

Lahir di Desa Bacem, Madiun 24 Maret 1965, Much. Khoiri kini menjadi dosen dan penulis buku dari FBS Universitas Negeri Surabaya (Unesa), trainer, editor, penggerak literasi. Alumnus International Writing Program di University of Iowa (1993) dan Summer Institute in American Studies di Chinese University of Hong Kong (1996) ini  trainer untuk berbagai pelatihan motivasi dan literasi. Ia masuk dalam buku 50 Tokoh Inspiratif Alumni Unesa (2014). Pernah menjadi Redaktur Pelaksana jurnal kebudayaan Kalimas dan penasihat jurnal berbahasa Inggris Emerald. Pernah menjadi redaktur Jurnal Sastra dan Seni. Selain menghidupkan beberapa komunitas penulis, ia juga pernah mengomandani Ngaji Sastra di Pusat Bahasa Unesa bersama para sastrawan. Karya-karyanya (fiksi dan nonfiksi) pernah dimuat di berbagai media cetak, jurnal, dan onlinebaik dalam dan luar negeri. Ia telah menerbitkan 42 judul buku tentang budaya, sastra, dan menulis kreatifbaik mandiri maupun antologi. Buku larisnya antara lain: Jejak Budaya Meretas Peradaban (2014), Rahasia TOP Menulis (2014), Pagi Pegawai Petang Pengarang (2015), Much. Khoiri dalam 38 Wacana (2016), kumpuis Gerbang Kata (2016), Bukan Jejak Budaya (2016), Mata Kata: Dari Literasi Diri (2017),  Write or Die: Jangan Mati sebelum Menulis Buku (2017), Virus Emcho: Berbagi Epidemi Inspirasi (2017), Writing Is Selling (2018), Praktik Literasi Guru Penulis Bojonegoro (2020), Virus Emcho: Melintas Batas Ruang Waktu (2020), dan SOS Sapa Ora Sibuk: Menulis dalam Kesibukan (2020). Sekarang dia sedang menyiapkan naskah buku tentang menulis, budaya, literasi, dan karya sastra (puisi dan cerpen). Dia cukup aktif menulis di muchkhoiriunesa.blogspot.com;  www.kompasiana.com/much-khoiri; muchkhoiri.gurusiana.id.; jalindo.net; dan sahabatpenakita.id.Instagram: @much.khoiri dan @emcho_bookstore.Emailnya: muchkhoiriunesa@gmail.com dan muchkoiri@unesa.ac.id  HP/WA: 081331450689. Facebook: Much Khoiri-90.

Beliau mengingatkan bahwa “penulis sejati akan mencurahkan daya dan pikirannya untuk menghasilkan tulisan- andaikata ia tidak sedang menulis, ia pastilah memikirkan tentang apa yang ia hendak tulis. Ada waktu istimewa yang dipilihnya, yang paling nyaman, untuk larut dalam menulis. Ia tidak membiarkan satu hari pun tanpa menulis. Menulis sama wajibnya dengan membaca.

Mengapa Harus Menulis?
  • Menurut Much. Khoiri bahwa “Apa yang kita angankan akan lenyap, apa yang kita katakan akan musnah, apa yang kita lakukan akan tak tersisa-kecuali dituliskan. Ia akan abadi dan menyejarah”.
  • Menurut Pramoedya Ananta bahwa “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selam ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian”.
  • Menurut Budi Darma bahwa “Begitu seorang pengarang mati, tugasnya sebagai pengarang tidak dapat diambil alih orang lain. Sebaliknya jika dekan, camat, dan mantri, polisi mati, dalam waktu singkat akan ada orang yang dapat dan mampu menggantikanya”.





Menurut beliau menulis itu berkomunikasi yakni:
  • Kita bisa mengomunikasikan gagasan
  • Kita dan pembaca seakan berada dalam forum saling berhadapan
  •  Materi tulisan tentu harus selaras dengan kebutuhan audiens ( pembaca )
  • Pengorganisasian materi tulisa juga perlu bagus
  •  Penggunaan bahasa yang komunikatif.


 

17 strategi jitu dalam menulis untuk menyiasati kesibukan :
1.    Tetapkan niat menulis
Menurut beliau, sesungguhnya amal itu tergantung niatnya. Niat dan keyakinan itu akan menjadi daya dorong ketika kita belum bangkit dan akan menjadi daya tahan ketika ada godaan.
2.    Rajinlah membaca
Menurut beliau, orang yang rajin membaca bagaikan orang yang melihat masa depan. Membaca itu biasanya mendahului menulis. Kalau kita baca buku bagus, maka akan menginspirasi kita dalam menulis yang bagus juga.
3.    Gunakan alat perekam
Menurut beliau punya banyak rekaman akan membantu kita untuk memilih ide yang akan ditulis.
4.    Kobarkan inspirasi
Menurut beliau inspirasi itu ilham atau sesuatu yang membuatkan ide. Inspirasi itu pengetahuan awal yang bisa dikonstruksikan atau diciptakan, jangan menunggu inspirasi, jika engkau menunggu inspirasi bukanlah engkau sebagai penulis melainkan seorang penunggu.
5.    Tentukan waktu utama
Menurut beliau, bagaimana kita mengalokasikan waktunya.
·         Jangan berbenturan dengan kerja harus diluar jam kerja
·         Kita harus merasa nyaman
·         Pegang komitmen untuk disiplin
·         Dilatih hingga akan terbiasa.
6.    Bagi pemula menulis bebas
Menurut beliau menulislah spontan, seperti orang curhat, bagaikan bahasa lisan
7.    Menulis didalam hati
Menurut beliau sambil pulang kerja , biasakan memikirkan merancang apa saja yang akan kita tulis. Semua ide- ide yang sangat bagus itu datang secara spontan secara kebetulan jadi jangan lewatkan ketika ada itu langsung diproses dalam pikiran, kalauperlu catat sebentar.
8.    Menulis diwaktu utama
Menurut beliau usahakan menulis diwaktu yang utama, belajar disiplin, menetapkan waktu yang sudah ditetapkan.
9.    Manfaatkan waktu luang
10. Menulis yang dialami
Menurut beliau seperti catatan perjalanan maka ditulis dalam buku
11. Menulis yang dirasakan
12. Menulis selaras minat dan pekerjaan
13. Menulis dengan riang
Menurut beliau ketika seseorang bahagia maka ide- ide bagus ada.
14. Menulis yang banyak
Menurut beliau menulis yang banyak maka akan menghasilkan kualitas.
15. Read better, write faster
Menurut beliau usahakan membaca yang baik kemudian menulislah dengan cepat.
16. Buatlah motto yang dahsyat
17. Menulis dengan doa
Menurut beliau janganlah lupa berdoa, awalilah dengan basmalah dan akhiri dengan hamdalah.


Kesimpulan :
·   Penulis sejati akan mencurahkan daya dan pikirannya untuk menghasilkan tulisan- andaikata ia tidak sedang menulis, ia pastilah memikirkan tentang apa yang ia hendak tulis. Ada waktu istimewa yang dipilihnya, yang paling nyaman, untuk larut dalam menulis. Ia tidak membiarkan satu hari pun tanpa menulis. Menulis sama wajibnya dengan membaca.
·     Apa yang kita angankan akan lenyap, apa yang kita katakan akan musnah, apa yang kita lakukan akan tak tersisa-kecuali dituliskan. Ia akan abadi dan menyejarah.

·      Mendidik diri menulis bukan hanya membuat diri kompeten dibidang menulis, melainkan juga berani menegakkan prinsip “ reward and punishment”.

                       

Senin, 04 Mei 2020

Pengalaman Pak Ukim Menerbitkan Tulisan di Penerbit Mayor





Sosok Penulis Buku Guru Juga Manusia
Menurut beliau menulis merupakan ekspresi pribadi, menulis dengan jujur, sejujur-jujurnya. Apa adanya, menulis apa saja.
Karena beliau guru, beliau menulis terkait pelajaran, beragam kegiatan berupa proposal, liputan kegiatan yang harus dituliskan di majalah dan menulis buku harian , begitu setiap saat diisi oleh menulis hingga tulisan itu mulai dilirik oleh orang – orang terdekat yang dalam hal ini teman – teman guru.

Alasan beliau membukukan tulisannya dari komentar teman- temannya adalah :
·      Teman – temannya menganggap tulisannya emotif membuat pembaca larut dalam   cerita.
·        Bahasa yang digunakan bahasa sederhana dan mudah dicerna.
·        Sepenggal tulisannya dapat dijadikan ceramah atau kultum.

Menghimpun Yang Berserak
Beliau menulis dari beragam kejadian, beragam waktu, dan dari beragam tokoh. Sehingnga beliau menulis judul buku tersebut “Menghimpun yang Berserak “.
Saat beliau diinterview dari dua bagian buku, pertama buku bersama ( berlima ) yakni buku mata pelajaran. Kedua buku pribadi beliau  “Menghimpun yang Berserak “. Beliau merasa kurang nyaman dengan interview itu dan merasa diam – diam “ dipenjara “.



Beliau tersadar sahabatnya menjelaskan tentang tim yang akan menyebabkan karyanya dapat dinikmati orang banyak. Jika nanti naskah bisa melewati editor maka proses “ menjadi “  memang menjadi banyak hal ada bagian gambar sampul, ilustrasi fhoto, jika diperlukan, tata letak dan lainnya hingga akhirnya bisa dicetak . Beliau gembira sekali hingga menandatangani kontrak kerjasama tanpa membaca persentae yang kelak diterima.

Konfirmasi yang didapatkan beliau terkaitnya dengan terbitnya bukunya adalah :
  1.    Menerima buku pribadi hanya 5 buku yang berstempel tidak diperjual belikan.
  2.    Teknis launching buku “Menghimpun yang Berserak “, soal bagaimana bukunya laku.
  3.   Penerbit menerbitkan jumlah yang diterbitkan pada penerbit pertama dan kurang lebih 6 bulan akan mendapatkan royalti.

Beliau mengusahakan bukunya dapat dinikmati orang lain. Kejadian menerbitkan buku kembali hingga menjelang terakhir buku “Arief Rachman Guru “. Semuanya mirip pengalaman dengan penerbit.

Kesimpulan :
  •  Menulis merupakan ekspresi pribadi, menulis dengan jujur, sejujur-jujurnya. Apa  adanya, menulis apa saja.
  •  Menulis dari beragam kejadian, beragam waktu, dan dari beragam tokoh.
  •  Alur pembuatan buku tentang tim yang akan menyebabkan karyanya dapat dinikmati orang banyak. Jika nanti naskah bisa melewati editor maka proses “ menjadi “  memang menjadi banyak hal ada bagian gambar sampul, ilustrasi fhoto, jika diperlukan, tata letak dan lainnya hingga akhirnya bisa dicetak .
  •  Belajar dari pengalaman dan mestinya disyukuri.